Kaidah 10.000 Jam


“Jika kamu mendapat luka (dalam peperangan), maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun mendapat luka yang serupa”

Bicara mengenai kisah sukses berbagai tokoh dunia, kita lebih sering dipaparkan kepada sedikit tentang latar belakang tokoh-tokoh tersebut yang membuat kisahnya semakin dramatis. Seperti kisah drop out-nya Bill Gates dari bangku kuliah sebelum mendirikan Microsoft atau kisah vonis kanker pada Lance Amstrong sebelum ia menjadi jawara pada Tour de France. Kisah tersebut memang sisi penting yang tidak dapat dipisahkan dari kesuksesan mereka. Namun, ada bagian lain yang sebenarnya harus kita pelajari lebih intensif yaitu bagaimana mereka berlatih dan bekerja untuk menggapai kesuksesan tersebut. Untuk itulah tulisan ini akan membahas tentang pentingnya kesungguhan dalam berlatih dan bekerja demi mencapai kesuksesan atau target yang kita tetapkan

Malcolm Gladwell dalam bukunya Outliers membahas sebuah kaidah penting yang ia beri nama kaidah 10.000 jam. Kaidah ini mengatakan bahwa seseorang dapat menjadi ahli atau sukses dalam bidangnya jika ia setidaknya menghabiskan 10.000 jam pada bidang tersebut. Pada kurun 10.000 jam tersebut mereka dapat menemukan kesalahan, kelemahan, peluang, nilai-nilai yang kemudian menjadi modalnya untuk mencapai kesuksesan. Mereka juga harus mencintai bidang yang ia geluti tersebut karena hanya dengan cinta yang kuat mereka dapat mengatasi kebosanan dan hambatan yang mereka temui dalam 10.000 jam tersebut. Berikut ini adalah beberapa kisah para tokoh sukses menghabiskan 10.000 jam mereka sebelum mencapai kesuksesan di bidangnya masing-masing.

The Beatles—John Lennon, Paul McCartney, George Harrison, dan Ringo Starr—datang ke Amerika Serikat pada bulan Februari di tahun 1964, memulai invasi Inggris ke arena musik Amerika dan mengeluarkan lagu-lagu hits yang mengubah wajah musik pop dunia. Namun, sebelum mereka sampai pada hari tersebut, mereka telah menghabiskan 10.000 jam mereka pada kawah candradimuka yang berada di Hamburg, Jerman. Pete Best, pemain drum The Beatles pada saat itu mengatakan bahwa pada saat itu mereka bermain nonstop sampai setengah satu malam saat klub ditutup. Namun, permainan mereka kian membaik sehingga penonton dapat bertahan hingga pukul dua pagi.

The Beatles akhirnya melakukan perjalanan ke Hamburg lima kali antara tahun 1960 sampai akhir 1962. Pada perjalanan pertama mereka bermain 106 malam  dan sebanyak 92 kali pada perjalanan kedua. Sedangkan pada perjalanan ketiga mereka bermainn 48 kali dengan total waktu selama 172 jam. Sedangkan pada dua kunjungan terakhirnya mereka menghabiskan 90 jam. Bila dijumlahkan mereka telah bermain sebayak 270 malam dalam waktu setengah tahun. Kemudian pada tahun 1964 mereka diperkirakan telah naik panggung sebanyak 1200 kali. Faktanya adalah mayoritas band pada hari ini tidak pernah melakukan pertunjukkan sebanyak 1200 kali dalam kariernya. Kawah candradimuka yang bernama Hamburg adalah satu hal yang membedakan The Beatles dari band lainnya.

Cerita berikutnya adalah tentang 10.000 jam yang dihabiskan Bill Gates sebelum menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Ayah Gates adalah seorang pengacara kaya di Seattle sehingga ia mampu memindahkan anaknya pada usia 13 tahun ke Lakeside, sebuah sekolah swasta yang mempunyai komputer. Pada tahun 1968, komputer adalah sesuatu yang menakjubkan dan seorang bocah 13 tahun telah membuat program komputer pada saat professor-profesor ilmu komputer belum tentu memiliki akses yang sama.

Saat ia duduk di kursi SMA, ia mendapatkan akses komputer di University of Washington secara cuma-cuma dari pukul tiga dini hari hingga pukul enam pagi. “Saya biasa pergi di malam hari, setelah lewat jam tidur. Saya berjalan ke University of Washington dari rumah tanpa sepengetahuan ibu saya” ujar Gates. Ibunya kemudian baru menyadari mengapa sulit membangunkan anaknya pada pagi hari bertahun-tahun kemudian. Akhirnya ribuan jam yang ia habiskan di depan komputer baik di Lakeside maupun University of Washington menjadi kawah candradimuka baginya. Sehingga saat ia keluar dari Harvard University pada tahun keduanya, ia bukanlah mahasiswa bodoh yang tidak mampu lulus. Namun, ia adalah seorang yang telah berlatih nonstop selama tujuh tahun dan sudah jauh melewati batas minimum berlatih selama sepuluh ribu jam lamanya. Cerita ini sekaligus dapat menjadi jawaban atas apologi banyak orang yang drop-out dari bangku kuliah dengan mengatakan Bill Gates saja yang tidak lulus kuliah bisa menjadi orang terkaya di dunia. Pertanyaannya kemudian adalah sudahkah mereka menghabiskan 10.000 jam latihan pada bidang yang ia tekuni seperti halnya Bill Gates.

Umar bin Abdul Aziz yang disebut sebagai Khulafaurrasyidin kelima, juga telah melewati jauh dari 10.000 jam proses pembinaan dan pelatihan. Sehingga saat ia menjadi khalifah tidak lebih dari dua tahun dan lima bulan saja ia mampu membawa kekhalifahan Islam ke puncak kejayaan. Sejak kecil ia meminta kepada ayahnya Abdul Aziz bin Marwan untuk belajar di Madinah. Akhirnya ia pun belajar kepada Shalih bin Kaisan yang terkenal paling pandai dan saleh pada saat itu. Sejak saat itu, ia tidak pernah puas bergaul dengan ulama, ahli hukum, dan cerdik pandai lainnya. Kemudian pada usianya yang ke dua puluh lima ia diangkat menjadi walikota dan hakim Madinah. Saat itu kota Madinah menjadi gempar karena sepak terjangnya telah tersiar ke seluruh penjuru negeri Islam. Dalam waktu yang sangat singkat ia telah merebut cinta kasih dan simpati masyarakat karena pemimpin muda ini dengan sungguh-sungguh menyingsingkan lengan bajunya guna meratakan keadilan dan keamanan kepada seluruh masyarakat. Sehingga pada saat diangkat menjadi khalifah pada usia 34 tahun, ia telah menghabiskan ribuan jam untuk melatih dan meningkatkan kapasitas kepemimpinannya. Selain aspek kerja keras yang ia tunjukkan, ia juga memiliki kebersihan hati sehingga dalam dua tahun lima bulan Islam mampu mencapai puncak kejayaan.

Dari berbagai cerita di atas, kita dapat mengambil hikmah tentang pentingnya kerja keras dan kesungguhan dalam mencapai kesuksesan. Mereka yang telah mencapai kesuksesan mereka masing-masing telah menghabiskan ribuan jam untuk berlatih dan mengembangkan kemampuan diri. Pertanyaannya kemudian adalah mengapa terkadang kita tidak memiliki kesungguhan seperti halnya The Beatles atau Bill Gates yang bukan seorang muslim. Padahal sudah jelas balasan bagi mereka dan pahala yang Allah janjikan bagi kita. Seperti yang dikandung surat Ali Imran 140 yang turun pasca kekalahan Perang Uhud. “Jika kamu mendapat luka (dalam peperangan), maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun mendapat luka yang serupa”. Saat kita letih karena bekerja keras untuk membela Islam dalam berbagai bidang, maka mereka yang kafir pun juga letih untuk tujuan mereka. Namun, Allah menjanjikan balasan yang jelas bagi kita yaitu surga sedangkan amal mereka hanya serupa debu yang beterbangan. Oleh karena itu, mari kita berjuang dengan kesungguhan dan kerja keras dan karena janji Allah pasti akan datang. Wallahu ‘alam.

4 thoughts on “Kaidah 10.000 Jam

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s