Bagi mahasiswa yang berkuliah tidak pada kota tempat ia berasal, kostan menjadi tempat yang ideal untuk tinggal selama menimba ilmu di bangku kuliahan. Di tempat inilah mahasiswa menyambung kehidupannya selain di kampus; makan, tidur, mandi, mencuci merupakan kegiatan yang menjadi keseharian di kostan. Khusus bagi mahasiswa IPB kostan umumnya baru dinikmati pada tingkat II karena selama tingkat I semua mahasiswa wajib tinggal di asrama. Begitu mereka naik ke tingkat II maka lebih dari 3000 penghuni baru siap menyerbu daerah lingkar kampus untuk melanjutkan kehidupan.
Berbeda dengan mahasiswa umumnya, begitu lulus dari TPB aku lebih memilih untuk masuk pesantren Al Inayah. Selama setahun di sana kami memperoleh berbagai macam pembinaan khususnya di bidang ke-Islam-an. Menjelang tahun ke 2 di Al Inayah, aku pindah ke hunian baru bernama Asrama PPSDMS Nuru Fikri Regional 5. Kami yang memperoleh beasiswa PPSDMS wajib tinggal di sana. Di tempat baru ini aku mendapat jauh lebih banyak lagi pembinaan dan serangkaian aktivitas tambahan di luar kampus. Selama 2 tahun kami dibina untuk menjadi calon pemimpin yang bertauhid kepada Allah dengan sikap yang moderat terhadap umat. Aku bersyukur karena baik di Al Inayah dan asrama PPSDMS aku mendapat “penjagaan” yang luar biasa untuk tetap beraktivitas dengan baik. Penjagaan itu berasal dari lingkungan yang terbentuk karena sistem yang ada maupun karena keberadaan rekan-rekan di sekelilingku telah membuatku mampu mengerjakan banyak hal.
Memasuki tingkat akhir ini, aku baru mengeyam yang kita bahas di awal; tinggal di kostan. Perubahan amat signifikan begitu terasa. Berbeda dengan tempat tinggal sebelumnya, saat ini aku dan rekan-rekan harus membangun sistem sendiri dan berusah konsisten menjalankannya. Tidak mudah. Terlebih lagi saat ini kami umumnya sudah berada pada tingkat akhir dengan aktivitasnya masing-masing dan pemikiran yang jauh berbeda dari tingkat awal.
Dengan tinggal di kostan selama beberapa bulan terakhir, aku menyadari mengapa ada teman-teman yang sulit berkembang, tertinggal informasi, minim pergaulan dan lain sebagainya. Kostan sebagai tempat hidup kedua selain di kampus menjanjikan kenyamanan. Kenyaman untuk tinggal, lebih-lebih lagi berdiam diri. Begitu nyamannya sehingga kita enggan keluar dari dalamnya. Begitu nyamannya sehingga dinding-dinding itu perlahan memenjarakan. Mungkin terdengar berlebihan tapi aku telah menemukan buktinya. Salah satu teman sekamarku di asrama TPB dulu kabarnya telah keluar dari IPB. Saat tingkat II aku dengar dia banyak menghabiskan waktunya di kostan dengan bermain PS dan sering bolos kuliah. Tertinggal 1 pertemuan mungkin tidak masalah, tetapi jika sudah tertinggal beberapa kuliah amat sulit untuk mengejarnya hingga akhirnya tertinggal. Itu mungkin yang membuatnya memutuskan keluar dari IPB.
Bahaya berada di kostan akan semakin meningkat seiring dengan semakin tuanya mahasiswa di kampus. Hal itu disebabkan semakin lama tinggal di kampus maka aktivitas mahasiswa biasanya cenderung menurun sehingga banyak waktu yang dihabiskan di kostan. Jika hal itu terjadi maka proses pemenjaraan baik secara fisik dan pikiran akan segera terjadi. Secara fisik, mahasiswa akan berpotensi untuk lebih sering sakit karena minimnya aktivitas di kostan.Belum lagi kalau sistem kebersihan di kostan tidak baik maka potensi timbulnya penyakit akan semakin besar. Secara pemikiran dinding-dinding kostan akan memenjarakan kita dari interaksi sosial baik di kampus maupun masyarakat. Kita boleh berdalih dengan adanya akses internet dengan modem yang kita miliki, tapi manusia perlu berinteraksi dengan manusia bukan layar monitor. Bahaya pemikiran ini akan menjadi semakin nyata saat ternyata apa yang ada di layar monitor tak seperti kenyataan di dunia sebenarnya. Kita akan mengalami pergeseran persepsi yang dapat menyebabkan gejala-gejala seperti sensitif, mudah tersinggung, dan lain-lain. Secara fisik gejala ini timbul dengan sakit kepala atau pusing-pusing. Berada terlalu lama di kostan menjadi amat merugikan.
Solusinya bagi yang tinggal di kostan adalah membangun sistem yang mendukung aktivitas kita di kampus. Sistem ini menyangkut kebersihan, informasi, dan kekeluargaan. Sistem kebersihan bertanggung jawab atas terjaminnya kebersihan kostan agar penghuninya sehat. Sistem informasi berfungsi sebagai sarana tukar informasi agar tidak kuper, bisa berupa sharing info seminar, kabar teman-teman dll. Sistem kekeluargaan memungkinkan penghuni untuk saling berinteraksi baik ngobrol, bercanda, olaharaga dll. Solusi kedua adalah pastikan kita selalu keluar dari kostan setiap hari. Hal ini penting untuk menjaga keseimbangan hidup kita dan upaya untuk tetap produktif. Dengan kedua cara tersebut semoga kita dapat tinggal di kostan dengan nyaman dan tetap sukses di kampus.