Masih jelas teringat saat ayah menemani saya sekitar April 2006 datang ke asrama putra TPB IPB. Agendanya cuma satu : survei tempat. Sekitar bulan Juli pada tahun yang sama saya pun resmi menjadi mahasiswa IPB angkatan 43 setelah pengumuman UAN menyatakan saya lulus dan berhasil memperoleh satu di antara enam siswa SMA 81 yang lulus Undangan Seleksi Masuk IPB. Mulai saat itu berubahlah status orang yang menuntut ilmu dari predikat siswa menjadi mahasiswa. Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) Angkasa 43 jadi menu pertama kami mengenal kampus ini
Namun cerita itu sudah hampir empat tahun yang lalu. Sekarang mahasiswa itu sudah berada di tingkat akhir. Disebut tingkat akhir karena selain memang sudah ada di tahun ke empat dari empat tahun yang diprogramkan kampus juga karena tidak ada mahasiswa yang lazimnya menjawab dengan tingkat 5 atau 6 saat ditanyakan sudah berada pada tingkat berapa. Dengan kata lain tingkat akhir ini bisa menjadi masa yang panjang karena tingkat empat atau tingkat enam juga sama-sama disebut tingkat akhir.
Di sisi lain tingkat akhir juga tidak jarang identik dengan penurunan skala aktivitas. Faktor terbesarnya jelas karena pada tingkat akhir sudah tidak ada kuliah lagi, kecuali kalau ada yang mengulang pada mata kuliah tertentu atau belum selesai beberapa sks saja. Namun, ada faktor lain yang sebenarnya cukup berpengaruh pada penurunan skala aktivitas ini, yaitu paradigma tentang tingkat akhir itu sendiri. Sebagian besar mahasiswa menurut yang saya pernah tanya menyatakan bahwa pada tingkat satu adalah masa adaptasi. Pada masa ini kita masih berupaya mencari tahu dan mengenal kampus dan segala hiruk pikuknya. Barulah pada tingkat kedua dan ketiga mereka memilih untuk aktif dengan kegiatan kemahasiswaan. Biasanya pada tingkat ketiga menjadi puncak aktivitas, karena sudah cukup senior dan belum disibukkan dengan aktivitas penelitian atau skripsi. Nah, pada tingkat akhir mahasiswa tersebut kembali berkutat dengan akademik dengan penelitian dan penyusunan skripsi. Sehingga jika digambarkan dengan kurva akan berbentuk grafik seperti Gambar 1.
Tidak ada yang salah dari pola yang seperti itu. Karena toh banyak mereka yang berhasil menjadi orang sukses dengan cara yang seperti itu. Namun, ada cara lain yang dapat kita pilih untuk mengakhiri masa kuliah di kampus. Jika pada pola sebelumnya tingkat tiga menjadi puncak aktivitas, maka mengapa tidak kita buat tingkat empat yang menjadi puncak aktivitas kita di kampus seperti yang ada pada Gambar 2. Pada gambar tersebut terlihat kecenderungan yang terus meningkat. Hal ini tentu akan terasa berbeda dibandingkan pola yang umum seperti Gambar 1. Ada banyak mahasiswa yang telah membuktikan hal ini sebut saja Gema, Danang, Galih, Cahyo, Bowo, Asyaukani, Elang, dan mahasiswa lainnya. Mereka berhasil mengakhiri masa mereka di kampus dengan cara yang berbeda pada bidangnya masing-masing dan patut untuk dikenang serta diteladani.
Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana cara untuk membuat hal itu terjadi. Cara termudah untuk mewujudkannya adalah meniru. Karena dengan cara ini kita tidak perlu banyak mengeluarkan energi untuk berbuat kesalahan. Pada tingkat akhir ini ada banyak sekali peluang, seperti wirausaha, beasiswa S2 di dalam atau luar negeri, program rekrutmen dini dari berbagai perusahaan multinasional, lomba-lomba nasional di berbagai universitas atau PIMNAS, lomba-lomba dan konferensi di berbagai negara, program pertukaran pelajar, menjadi aktivis di berbagai organisasi, mengajar, bekerja sambilan atau pemberdayaan masyarakat yang juga tidak kalah menantang. Yang menjadi masalah selama ini adalah seperti yang disampaikan di awal yaitu, paradigma. Selama kita berpikir bahwa tingkat akhir adalah masa yang harus dihabiskan dengan satu kegiatan saja, maka peluang yang lain akan tertutup. Namun, jika kita memilih untuk membuka diri dan keluar dari batas yang mungkin kita miliki saat ini maka yakinlah bahwa Allah sesuai dengan prasangka hambaNya.
Namun, yang perlu diingat adalah kita tidak perlu menjadi siapa pun kecuali diri kita sendiri. Artinya apapun pilihan yang kita pilih maka yakinkan diri kita bahwa itu adalah pilihan terbaik yang kita pilih sehingga kita optimal dalam berkontribusi. Kedua, kita berada di kampus ini juga berkat bantuan petani, buruh, nelayan dan masyarakat lain yang ikut membayar pajak untuk pendidikan kita. Oleh karena itu kita harus mengoptimalkan kesempatan yang mahal yang akan segera berakhir ini dengan prestasi terbaik kita. Karena mengoptimalkan potensi yang kita miliki juga bagian dari bentuk syukur kita kepada Allah dan berterima kasih pada siapapun orang yang telah membantu kita. Ketiga, saling mengingatkan satu sama lain, karena banyak kasus mahasiswa yang tidak kunjung lulus karena sudah tidak ada semangatnya lagi. Teman-temannya sudah terlebih dahulu lulus dan tidak ada lagi mahasiswa yang peduli dan mengingatkannya untuk menyelesaikan penelitiannya. Terakhir, tawakal kepada Allah atas segala yang telah kita perbuat. Wallahu ‘alam
“Teman-temannya sudah terlebih dahulu lulus dan tidak ada lagi mahasiswa yang peduli dan mengingatkannya untuk menyelesaikan penelitiannya.”
Randi, semangat! Semangat! Semangat!
Ingat! Ingat! Ingat!
hehehe, tenang aja Dina, Randi selalu semangat kok =)
hmmm….kyknya pernah baca….
Boii semangat boi!!
^^v tinggal sidang doang kan?? Hehe