Spiritual Capital


Peresensi         : Randi Swandaru

Judul Buku       : Spiritual Capital

Penulis             : Danah Zohar dan Ian Marshall

Penerjemah    : Muhammad Al-Baqii

Tebal               : 254 halaman

Penerbit          : Mizan

 

Di awal bab pertama buku ini diceritakan kisah Erisychthon dalam mitologi Yunani. Ia dikisahkan sebagai seseorang yang selalu memikirkan keuntungan. Hidupnya mulai memburuk setelah ia dikutuk para dewa karena ia menebang pohon peribadatan tempat manusia berdoa. Sejak saat itu ia selalu merasa lapar. Ia mulai memakan habis seluruh persediaan makanannya, lalu menukar seluruh hartanya dengan makanan. Saat seluruh hartanya habis, ia memakan anak dan istrinya, hingga akhirnya ia mulai memakan dirinya sendiri.

Cerita tersebutlah yang digunakan penulis untuk menggambarkan kondisi bisnis saat ini. Bisnis saat ini memiliki dua asumsi dasar yaitu bumi ada untuk menyediakan sumber-sumber daya dan sumber daya tersebut tidak akan habis terpakai. Asumsi kedua menyatakan bahwa tindakan-tindakan setiap perusahaan tidak akan berpengaruh pada dunia luar atau lingkungan sekitar. Hal inilah yang mebuat bisnis saat ini cenderung pada ketidakberlanjutan karena terkungkung pada motivasi-motivasi jangka pendek yang berorientasi pada diri sendiri, memaksimalisasi keuntungan, penekanan pada pemegang saham dan sikap tak acuh dan rasa malu terhadap konsekuensi- konsekuensi jangka panjang.

Hal ini berbeda dengan nilai-nilai yang terkandung dalam spiritual capital. Konsep ini berbasis nilai yang di dalamnya terkandung kekayaan yang diakumulasi untuk mendapat keuntungan yang layak sembari meningkatkan kebaikan bersama. Spiritual capital melestarikan dan memelihara jiwa.

Konsep spiritual capital ini juga mengubah pemahaman kita tentang modal yang sebelumnya cenderung materialistik. Selama ini modal (capital) diartikan sebagai sesuatu yang memberikan kekayaan, laba, keuntungan, atau kekuasaan. Pandangan yang seperti itulah yang memerosokkan dunia bisnis ke dalam kehidupan yang dialami Erisychthon. Kemudian terjadi perkembangan pengertian tentang modal seperti modal manusia (human capital). Padahal hal ini hanya upaya untuk memperluas gagasan material yang sudah berkembang sebelumnya. Kemudian berkembang definisi tentang modal sosial yang bercerita tentang modal yang diperoleh suatu oleh suatu organisasi karena kualitas hubungan-hubungan orang dalam sebuah organisasi. Hal tersebut sangat berbeda dengan spiritual capital yang memiliki makna, tujuan, dan pandangan yang kita miliki bersama mengenai hal yang paling berarti dalam hidup. Spiritual capital adalah modal yang ditingkatkan dengan memanfaatkan sumber-sumber daya dalam jiwa manusia.
Saat lebih jauh berbicara tentang spiritual, maka akan terjadi bias makna karena kedekatan arti spiritual dengan nilai-nilai keagamaan atau religiusitas. Penulis tidak mendefinisikan spiritual dalam buku ini sebagai sesuatu yang berhubungan dengan agama atau sistem keyakinan teologis tertentu. Namun, penulis mengembalikan makna spiritual ke asal katanya, yaitu spirituis yang berarti sesuatu yang memberikan kehidupan atau vitalitas pada sebuah sistem. Spiritual adalah kebutuhan kita untuk menempatkan upaya kita dalam satu kerangka makna dan tujuan yang lebih luas.

Buku ini mendobrak makna-makna bisnis yang selama ini cenderung materialistik dan fokus pada pencapaian jangka pendek yang rakus serta tidak memperhatikan nilai-nilai sosial dan spiritual. Buku ini berupaya mengajak pembaca untuk lebih melihat ke dalam diri dan lingkungan sekitar dalam bertindak agar lebih banyak memberi manfaat dan menjadi bisnis yang berkelanjutan. Buku ini amat cocok dibaca oleh setiap pebisnis atau pemimpin muda lainnya agar dapat meluruskan pandangannya dan kembali kepada nilai spiritualisme. Salah satu kekurangan buku ini adalah upaya penulis untuk tetap menjalin antara spiritualisme dengan kapitalisme. Padahal kedua hal tersebut merupakan hal yang sangat jauh berbeda.

 

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s