Semoga catatan ini menemuimu yang berada entah di laboratorium, di depan laptopmu, di lapangan penelitianmu, di desa tempat studimu, atau di kamar saat kau melepas lelah dengan tersenyum setelah lelah bergelut dengan tugas pamungkasmu.
Belakangan ini tersiar kabar bahwa facebook akan segera ditutup pada 15 Maret 2010. Terlepas dari benar atau tidaknya kabar tersebut, salah satu sumber mengatakan bahwa Mark Elliot Zuckerberg si empunya facebook sudah penat, jenuh, dan merasa terganggu kehidupannya dengan keberadaan facebook.
Mark Zuckerberg mengumumkan akan menutup Facebook pada bulan Maret 2011 mendatang. Ia mengaku stres dan tertekan mengelola jejaring sosial yang kini menduduki peringkat teratas. “Facebook telah di luar kendali dan perusahaan ini telah membuat diriku stres dan menghancurkan hidupku. Aku harus mengakhiri semua kegilaan ini,” kata Zuckerberg dalam konferensi pers di Palo Alto, Sabtu (8/1). (Media Indonesia, 10 Januari 2011)
Kisah ini mungkin tidak jauh berbeda dengan kisah yang sedang kita rajut di akhir masa ngampus ini. Sejilid buku yang mungkin berwarna merah, orange, putih, hijau atau entah apa warnanya belum juga tersimpan di antara buku di rak yang kita miliki. Boleh jadi ini membuat kita sama halnya dengan Mark merasa tertekan, stress, dan penuh beban. Catatan ini bukan untuk menambah bebanmu akan hal itu kawan atau bahkan mengguruimu. Namun, catatan ini ingin sekedar membawamu keluar sedikit dari lingkaranmu dan semoga menghadirkan semangat dan ruh baru untuk terus bergerak.
Masih ingatkah kau tentang larutan jenuh pada mata kuliah kimia dasar? Secara sederhana larutan jenuh adalah larutan yang telah melewati titik jenuhnya sehingga sedikit saja suatu zat dimasukkan ke dalamnya maka akan terbentuk endapan pada larutan tersebut. Mungkin hal ini yang terkadang menghampiri hari-hari kita, setelah berpuluh minggu kita lewati untuk menyelesaikan tugas akhir ini tetapi belum juga selesai. Sehingga mungkin kita sudah hampir berada pada titik jenuh. Tentu kita tidak berharap berada pada titik itu karena jika itu terjadi maka sedikit saja masalah datang kita akan merasa begitu tertekan dan justru mengendap -tak bergerak di dasar-
Seperti kita ketahui ada beberapa hal yang mempengaruhi kelarutan suatu zat, yaitu suhu, volume pelarut, dan tekanan. Semakin tinggi suhu suatu zat maka nilai kelarutannya akan semakin besar. Jika suatu larutan yang jenuh dipanaskan maka kelarutannya akan meningkat sehingga larutan tersebut tak jenuh lagi. Begitu juga dengan diri kita saat sudah hampir berada pada titik jenuh. Mari naikkan suhu kita dengan bergerak karena benda bersuhu tinggi partikelnya lebih bebas bergerak. Temui teman-teman kita dan serap energinya atau coba keluar dari kosan secara rutin agar kita lebih panas, tidak dingin diam membeku di kamar. Insya Allah akan tumbuh semangat baru dan harapan yang harum dalam diri kita.
Faktor kedua adalah volume pelarut. Semakin sedikit volume pelarut maka suatu larutan akan cenderung lebih cepat jenuh. Oleh karena itu jika cairan sudah jenuh tambahkanlah pelarut agar kelarutannya meningkat dan dapat menyerap kembali lebih banyak zat terlarut. Sama halnya dengan diri kita, mari tambah volume larutan kita dengan ilmu. Lebih banyak membaca baik materi skripsi atau asupan ruhani tentunya akan menutrisi akal dan membasuh hati sehingga menjadi terang dan lapang. Hal ini akan menyadarkan kita bahwa betapa terbatasnya kita selama ini dan tentunya masih banyak peluang yang mungkin belum kita sadari apalagi temukan.
Berikutnya adalah tekanan. (William Henry: 1774-1836) Massa gas yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali jika tekanan parsialnya dinaikkan 5 kali. Dalam aplikasinya mari jadikan mimpi, cita-cita dan harapan kita akan masa depan menjadi pendorong kita dan menekan kita untuk terus maju dan bergerak. Yakinlah bahwa kita juga bisa menyusul rekan-rekan lainnya. Yakinlah bahwa masa itu akan datang, bahwa kelulusan itu akan segera kita jelang. Mari kita tumbuhkan
optimisme karena Allah sesuai dengan prasangka hambanya.
Namun berhati-hatilah dengan tekanan ini karena boleh jadi tekanan juga muncul dari tuntutan lingkungan di sekitar kita dan kita mengintepretasikannya berbeda sehingga justru menjadi beban ketimbang pendorong. Tekanan muncul saat laboratorium mulai kosong, saat nomor semakin mendekat ke 800, saat semakin sedikit yang kita kenali di kampus. Lalu terkadang datang bisikan jahat yang menimbulkan pengandaian-pengandaian. Andai dulu aku begini, jika saja dulu begitu dsb. Bisikan ini justru menimbulkan kesengsaraan ketimbang solusi, seolah kita satu-satunya yang memiliki masalah yang berat di dunia ini. Seorang uztad berkata,”Yakinlah bahwa yang terjadi hari ini lebih baik daripada yang tidak terjadi hari ini.” Nasihat ini mengingatkan kita untuk tetap fokus pada apa yang bisa kita kerjakan saat ini daripada menyesali masa lalu yang tidak akan bisa mengubah masa depan. Kalau boleh aku sarankan naiklah angkot ke Baranang Siang, lalu perhatikan pengamen yang menumpang angkot kita atau coba saksikan acara Tolong di RCTI *bukan promosi. Walau mereka tidak seberuntung kita tapi mereka tetap hidup dan mengisi kehidupannya dengan kerja. Dengan dua hal itu boleh jadi kita bisa menyadari bahwa kondisi kita hari ini jauh lebih baik daripada banyak saudara kita lainnya sehingga kita lebih dapat bersyukur.
Mari pastikan bahwa tangan kita bekerja, kaki kita melangkah, dan hati kita berdoa. Tak peduli seberapa tinggi penghalang yang ada di depan karena yang kita tahu adalah berlari ke depan mengejar takdir kemenangan. Insya Allah. Mari jadikan setiap nafas kita menjadi ibadah dalam tugas akhir ini. Innallaha ma ana.
*monggo ditag ke teman yang lain semoga menjadi hikmah
SIp,, bagu s banget kk,, Semangat y!!!
sip ran..
Blogwalker yang blogwalking. TFS 🙂
hi blogwalker, thanks 4 your visit