Jalan-jalan ke SMESCO



Beberapa pekan yang lalu aku pergi ke SMESCO di Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Hari itu ada bursa kerja dari Jobstreet.com dan menjadi pengalamanku yang pertama menghadiri acara bursa kerja. Banyak perusahaan yang berpartisipasi hari itu. Mulai dari industri makanan, otomotif, perbankan, hingga media massa. Dari seluruh stand yang ada aku cuma melamar ke perusahaan media di antaranya TVone dan Trans7. Pada posting ini saya setidaknya akan bercerita dua hal yaitu, fenomena pencari kerja dan menikah muda.

Hari itu SMESCO cukup sesak, banyak orang yang hadir. Setelah berkali-kali mengitari seluruh stand dan memasukkan beberapa CV aku berhenti sejenak karena pegel rasanya kaki ini. Saat itu aku merenungi fenomena yang terjadi di depan mataku. Orang-orang yang berkumpul hari itu di SMESCO bukanlah orang-orang bodoh melainkan lulusan-lulusan universitas ternama dengan IPK yang tidak kecil. Namun yang dilakukan semua orang ini sama yaitu mencari kerja. Jika kita berhenti sampai situ saja maka kesimpulannya adalah pencari kerja ini tidak keren karena ujungnya mesti mengabdi pada berbagai perusahaan yang boleh jadi tidak peduli dengan mereka.Untungnya perenunganku berlanjut. Boleh jadi memang banyak orang yang menyepelekan dan menghinakan kegiatan ini terutama mereka yang menganut entrepreneuship ‘buta’. Bagiku mencari kerja ini adalah sekedar cara begitu pun dengan bekerja nantinya. Itu semua adalah cara untuk mencari ridha Allah dan di mata Allah tak ada yang lebih mulia atau hina kecuali ketakwaannya. Sehingga tidak relevan jika kita mengatakan atau merendahkan para pekerja atau pencari kerja karena mereka adalah hamba-hamba Allah yang sedang beribadah dengan caranya.

Selepas berhenti dan merenung sejenak, aku kembali melangkahkan kaki ke booth TVone. Di dekat booth itu aku melihat ada seorang anak yang begitu rewel dan menangis di gendongan ibunya. Anak itu kira-kira berusia 2-3 tahun tetapi badannya sudah cukup besar. Di tangan kanan anak itu terdapat biskuit yang sudah dimakan pada salah satu sisinya. Nampaknya biskuit yang diberikan ibunya tak cukup untuk membuatnya berhenti merengek. Ibu yang menggendong anak itu masih muda dan berbalut jilbab panjang rapi dan sopan. Ternyata di sebelahnya terdapat seorang laki-laki berkemeja dan berjenggot tipis yang juga berusaha merayu si anak biar tak merajuk lagi. Lelaki itu membawa sebuah map yang berisi CV, agaknya begitu seperti juga yang aku bawa. Dalam benakku langsung tersirat pikiran. Apa benar mereka berdua suami istri yang telah mempunyai anak rewel ini? Pertanyaan kemudian berlanjut, jika benar mengapa sang suami masih mencari kerja? apakah baru saja resign? Mereka masih terlihat muda, sungguh keputusan yang berani untuk menikah muda. Saya pun termasuk penganut semangat menikah muda. Namun, melihat fenomena di depan ku ini memang kita semua perlu menyadari bahwa menyiapkan pekerjaan yang cukup untuk keluarga itu amat penting. Jujur saja aku tidak tega melihat anak itu menangis sementara ibunya terlihat letih dan kerepotan. Semoga mereka segera menemukan titik terang.

Berangkat dari dua perenungan itu mari kita terus berkarya dan tidak perlu merasa hina karena menjadi pencari kerja karena hal itu cuma sekedar cara untuk membahagiakan diri, istri, anak, keluarga dan membangun masyarakat, hingga akhirnya semua menjadi amal yang semoga mampu berbuah surga-Nya. 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s