Menjelang millenium kedua tepatnya pada tahun 1997, para pemimpin ASEAN berkumpul dan menghasilkan keputusan visioner yang disebut dengan Visi ASEAN 2020 yang mendambakan ASEAN sebagai kawasan yang hidup dalam perdamaian dan kemakmuran dan komunitas yang saling peduli dan terintegrasi dalam pergaulan dunia. Untuk memantapkan hal tersebut dilakukan pertemuan kembali pada tahun 2003 yang menghasilkan Deklarasi Bali Concord II. Hasil terpenting dari pertemuan tersebut adalah upaya mewujudkan tiga pilar utama yaitu ASEAN Political-Security Community, ASEAN Economic Community, ASEAN Socio-Cultural Community [1]. Lebih lanjut lagi pada KTT ASEAN tahun 2007 disepakati percepatan pembentukan komunitas ASEAN dari tahun 2020 menjadi 2015 dalam Deklarasi Cebu, Filipina.
Dari berbagai pertemuan dan deklarasi yang telah dilakukan para pemimpin ASEAN tersebut hingga kini tepat empat tahun sebelum tahun 2015, saat komunitas ASEAN itu dicita-citakan terwujud, belum terlihat suatu upaya dan bentuk nyata menuju komunitas ASEAN tersebut. Keputusan-keputusan para pemimpin negara tersebut masih dalam taraf konsep dan sedikit sekali yang turun dan diterima serta diikuti masyarakat. Namun, upaya menuju terwujudnya cita-cita tersebut bukannya mustahil untuk dikejar. Secara pribadi, saya berharap komunitas ASEAN ini mampu menghasilkan suatu identitas bagi warga ASEAN yang pada akhirnya menimbulkan ikatan di antara negara ASEAN sebagai sebuah entitas yang terintegrasi di dalam pergaulan dunia. Jika hal itu terwujud maka upaya untuk misalnya membuat mata uang ASEAN dan persatuan pertahanan ASEAN seperti halnya euro dan NATO di Uni Eropa bukanlah hal yang mustahil. Berikut ini adalah beberapa buah pikiran saya mengenai harapan, tantangan, dan hal apa saja yang bisa kita lakukan sebagai blogger untuk menjadi bagian demi terciptanya komunitas ASEAN 2015.
“Tetangga adalah saudara yang paling dekat”
Saya teringat saat saya masih SD, Ibu saya tak jarang menyuruh saya untuk menghantarkan makanan ke tetangga-tetangga dekat, sekedar untuk menjalin silahturahmi. Mengapa hal ini Ibu saya lakukan? Tak lain karena tetangga adalah saudara yang paling dekat. Sebaik atau sekaya apapun sanak famili kita tapi jika letaknya berjauhan dengan rumah kita maka pasti akan lebih sulit membantu jika kita mengalami kesulitan. Berangkat dari hal tersebutlah maka Komunitas ASEAN menjadi relevan untuk dikembangkan. Terlepas dari kemajuan teknologi yang membuat jarak semakin tidak berarti komunitas regional ini sangat strategis dikembangkan dalam hal keamanan, ekonomi, dan budaya. Contoh paling sederhana adalah saat kebakaran hutan melanda Sumatera dan Kalimantan yang menyebabkan protes dari Malaysia dan Singapura. Sebaliknya mari kita tengok kembali jumlah tenaga kerja dan mahasiswa Indonesia yang berada di Malaysia dan negara ASEAN lainnya.
Sebelum lebih lanjut membahas komunitas ASEAN, mari kita bahas lebih dulu makna komunitas itu sendiri. Menurut kamus Oxford [2], community berarti a group of people living in the same place or having a particular characteristic in common. Dari pengertian tersebut masyarakat ASEAN telah memenuhi syaratnya yang pertama yaitu tinggal di wilayah yang sama dan memiliki karakteristik yang sama. Secara geografis ASEAN memang berada di kawasan Asia Tenggara dan umumnya berikilim tropis. Kemudian, negara-negara ASEAN juga memiliki karakteristik yang tidak berbeda jauh dalam hal ras dan budaya. Umumnya negara-negara ASEAN adalah orang Melayu dengan karakteristik pertanian yang kuat di masyarakatnya.
Lebih lanjut lagi, ternyata komunitas berasal dari kata berbahasa latincommunitas [3] yang terdiri dari cum yang bermakna bersama dan munus yang bermakna pemberian. Sehingga komunitas dimaknai sebagai kumpulan manusia yang saling berbagi dan berinteraksi atau dengan kata lain adalah persekutuan dan masyarakat yang teratur. Dalam aspek inilah maka ASEAN Blogger dapat berperan amat penting dalam meningkatkan interaksi antara penduduk ASEAN satu sama lain. Dengan interaksi tersebut maka akan terjadi pertukaran ide, gagasan, cita-cita dan harapan di antara penduduk ASEAN sehingga sekali lagi bahwa Komunitas ASEAN bukan sekedar gagasan para elit tapi menyentuh jauh ke setiap individu di setiap negara ASEAN.
Untuk mewujudkan upaya tersebut, ASEAN Blogger perlu mendapat dukungan serius dari pemerintah terkait dengan jaringan koneksi internet di masing-masing negara ASEAN. Beberapa negara memang sudah memiliki tingkat penggunaan internet yang tinggi sebut saja Singapura dan Malaysia yang mencapai 69.6 dan 55.8 per 100 orang penduduk.[4] Di Indonesia sendiri, menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika [5] jumlah pengguna internet pada tahun 2010 lalu sudah mencapai 45 juta pengguna dan diprediksi akan mencapai 120 juta pengguna pada tahun 2015. Hal ini merupakan modal bagi ASEAN Blogger dalam mewujudkan Komunitas ASEAN 2015. Namun, di beberapa negara ASEAN lain angkanya masih teramat rendah sebut saja Myanmar yang hanya sebesar 0.2 dari 100 orang penduduk.
Peran ASEAN Blogger
Dalam kiprahnya kelak ASEAN Blogger dapat berperan setidaknya dalam dua hal yaitu edukasi dan aksi. Pada peran edukasi, ASEAN Blogger dapat menjadi wadah yang strategis bagi ASEAN dalam melakukan sosialisasi berbagai program mereka terkait dengan usaha mewujudkan Komunitas ASEAN pada 2015. Namun, pada aspek yang paling dasar ASEAN Blogger dapat menjadi tempat setiap blogger di ASEAN untuk bertukar ide, gagasan, cerita, pengalaman dan berbagai hal lainnya sehingga interaksi tersebut diharapkan mampu meyakinkan jauh lebih banyak masyarakat ASEAN akan pentingnya Komunitas ASEAN pada 2015. Lebih jauh lagi ASEAN Blogger ini juga dapat awal bagi masyarakat ASEAN untuk menemukan identitas bersama sebagai masyarakat yang berada di kawasan regional yang sama. Hal ini penting karena menjadi dasar untuk kesuksesan berbagai program lainnya.
Kemudian pada peran aksi, saya mengharapkan ASEAN Blogger dapat mewujudkan interaksi yang lebih jauh, mengikat, dan berdampak secara ekonomi dan budaya. Bagaimana caranya? Saya mengimpikan akan terwujudnya ASEANETPRENUER, yaitu komunitas entrepreneur berbasis internet dalam memasarkan produknya. Pada wadah tersebut setiap blogger dari seluruh negara ASEAN dapat melakukan transaksi jual-beli, promosi produk, mencari barang yang dibutuhkan dan lain-lain. Hal ini tentu saja akan berdampak positif dalam berbagai hal seperti peningkatan kesejahteraan masyarakat, meningkatnya jumlah UKM, promosi pariwisata, dan lain-lain. Hanya saja hal ini perlu dibarengi dengan berbagai regulasi yang mendukung akan terwujudnya hal tersebut seperti infrastruktur internet, regulasi dan penegakan hukum di bidang informatika, juga sistem keamanan pada dunia maya.
Pertanyaannya sekarang bagaimana cara memulainya? Lalu dari mana kita dapat memulainya? Menjawab pertannyaan tersebut maka idealnya kita memulai langkah ini dari golongan menengah (middle class). Siapakah golongan menengah ini? Sesuai namanya, golongan menengah ini adalah mereka yang secara ekonomi tidak berada di atas dan tidak berada di bawah. Apa pentingnya memulai ini dari mereka? Golongan menengah ini memiliki peran strategis karena mereka tidak terlalu kaya sehingga berada di atas dan tidak terlalu peduli dengan masyarakat yang berada di bawah. Sebaliknya mereka juga tidak terlalu lemah secara ekonomi sehingga mampu berdaya bagi dirinya sendiri dan orang di sekitarnya. Golongan menengah ini secara karaktersitik juga dinamis sehingga dapat berhubungan dengan golongan atas dan berdaya membantu golongan bawah. Apakah ciri-ciri golongan ini? Menurut Ligwina Hananto[6] pada bukunya Untuk Indonesia yang Kuat golongan menengah ini mempunyai mata pencarian, makan tiga kali sehari dan tinggal di bawah atap baik milik sendiri atau rumah kontrak. Menurut catatan A.C Nielsen sebanyak 10% penduduk Indonesia telah termasuk dalam kelas menengah dengan jumlah sebesar 22.5 juta jiwa. Kitakah yang termasuk dalam kategori tersebut?
Sebelum masuk ke bagian akhir tulisan ini, sesungguhnya ada tantangan lain yang dapat ditemui ASEAN Blogger dalam waktu mendatang, yaitu keragaman bahasa dari 10 negara ASEAN. Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara. Sementara itu negara lainnya memiliki jumlah bahasa resmi yang lebih dari satu dan amat beragam. Sebut saja Malaysia yang menggunakan bahasa Cina, Tamil, dan Inggris selain bahasa Melayu. Belum lagi Thailand yang berbahasa Thai dan Filipina dengan bahasa Tagalog. Vietnam, Laos, dan Kamboja juga memiliki bahasanya masing-masing. Jumlah keragaman bahasa juga akan bertambah jika kita menilik berbagai bahasa yang dipakai aneka suku bangsa di negara-negara tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut, bahasa Inggris dapat menjadi solusi yang dapat dengan cepat diadaptasi karena pengajarannya yang sudah semakin luas dan metode pengajarannya yang terstandarisasi di berbagai negara. Namun, penggunaan bahasa Inggris ini juga jangan sampai menghilangkan keanekaan bahasa yang dimiliki masing-masing negara ASEAN.
Pada akhirnya, sebelum terlalu lama kita kita berteori tanpa melakukan apapun, mari lakukan satu tindakan nyata. Bagi para pembaca yang belum memiliki blog mulailah untuk membuat blog dan menuangkan ide, cerita, pengalaman Anda di dalamnya. Setelah itu, cobalah temui berbagai grup blogger yang sekarang sudah banyak dan tersebar luas. Jika Anda berkesempatan ke luar negeri cobalah memperluas jaringan Anda dengan bertukar email atau alamat blog. Cobalah untuk mulai menulis blog Anda dalam bahasa Inggris untuk menjalin pergaulan yang lebih luas. Jika Anda seorang entrepreneur buatlah blog atau web sebagai sarana pemasaran dan bergabunglah pada berbagai forum jual beli. Jika langkah-langkah sederhana ini dapat kita lakukan bersama-sama maka mimpi terwujudnya Komunitas ASEAN 2015 bukan hal yang mustahil dan bau harumnya sudah mulai tercium hari ini.
Sumber :
[1] http://oseafas.wordpress.com/2010/06/25/komunitas-asean-2015/
[2]http://oxforddictionaries.com/definition/community
[3] http://en.wikipedia.org/wiki/Community
[4] http://www.wartaegov.com/berita-1267-pengguna-internet-negaranegara-asean-per-100-penduduk-tahun-2008.html
[5] http://bakulatz.wordpress.com/2011/06/24/pengguna-internet-di-indonesia/
[6] Hananto, Ligwina. 2011. Untuk Indonesia Kuat hal 39. QM Publishing
Panjaaang Gan :D,, ntar deh bacanya klo dah dikompi.. Semangat,, smoga Bisa msuk blognya di list juara,.
makasih ya Fikri, kapan2 kita ngumpul lagi lah ๐
Bagus nih tulisannya. ๐
Aq suka konsep yg ASEANETREPRENUER, apalagi berbasis dan memanfaatkan komunitas blogger ASEAN.
Tapi, semoga saja komunitas blogger ASEAN ini bisa menembus prinsip non intervensi antar negara anggota ASEAN, sehingga bisa berperan untuk stabilitas keamanan.
Nice share.
Tulisanku: http://0sprey.wordpress.com/2011/09/07/laskar-blogger-sebagai-pendorong-dan-pengawal-komunitas-asean-2015/
Artikel yang menarik…
semoga ja dapat terlaksana….