Aku teringat pada sebuah wawancara kerja yang aku jalani sebelum mendapatkan pekerjaanku saat ini. Setelah menyisihkan ratusan pelamar akhirnya aku masuk ke tahap wawancara yang menyisakan 30 orang saja. Wawancara itu berlangsung dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Menjelang wawancara berakhir, Ibu HRD bertanya, “what value that can help you to get what you have achieved today?” I answered,”commitment”. When I commited to something I’ll give my best effort, performance and anything that I have to accomplish what I’ve promised. When I am in the class, I study. I cut any other option to do, only study. But when I do my other activity, I cut other option that can bother me. Ibu HRD itu mengangguk-angguk lalu membuat catatan kecil di kertasnya. Beberapa pekan berikutnya aku dihubungi mereka kembali, aku lolos ke tahap berikutnya.
Teman-teman sekalian, kita perlu sadari setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Ubahlah kekuranganmu sejauh yang kau bisa dan bersabarlah pada kekurangan yang tak bisa engkau ubah (given from God). Lalu jangan berhenti dan berendah diri apalagi meratapi nasib. Allah pasti juga membekali kita dengan kelebihan. Temukan kelebihanmu dan asahlah terus hingga menjadi sesuatu yang bisa kau andalkan baik untuk dirimu terlebih lagi bermanfaat bagi orang-orang di sekitarmu.
Yang sering terjadi mungkin adalah kita tidak bersabar pada kekurangan kita dan tidak berkomitmen pada apa yang Allah lebihkan pada diri kita. Perlu diketahui bahwa sebelum menjuarai Tour d France, Lance Amstrong divonis kanker. Ia bersabar dengan apa yang ditakdirkan Tuhan dan fokus pada keahliannya bersepeda. Ia berkomitmen pada latihannya hingga akhirnya menjadi juara Tour d France selama 7 tahun. Alfa Edison kecil juga disebut autis oleh tetangganya. Ibunya dengan sabar memberinya pelajaran sekolah karena sekolah umum tak menerimanya. Dengan kerja keras dan komitmen yang kuat, saat ini dia adalah salah seorang ilmuwan dengan jumlah paten terbanyak. Lionel Messi juga divonis mengalami gangguan hormon pertumbuhan, tapi saat ini pada usia yang belum genap 24 tahun dia berhasil menjadi pemain terbaik di dunia dengan tubuh mungilnya itu.
Membuat keputusan
Tidak banyak orang yang berani bermimpi. Dari sejumlah orang yang berani berani bermimpi tersebut tidak banyak yang berani menjalani proses yang melekat dengan pilihan mimpi tersebut. Mereka tak pernah benar-benar membuat keputusan. Dalam bahasa Inggris keputusan berarti decision. Decision berasal dari bahasa latin yang terdiri dari dua akar kata yaitu de yang berarti dari dan caedere yang berarti memotong. Anthony Robbins menyebut bahwa making a true decision means commiting to achieving a result and then cutting yourself off from any other possibility. Sederhananya saat kita membuat keputusan kita tidak sekedar memilih sebuah tindakan tetapi juga mengahapus pilihan-pilihan lain yang tersedia. Setelah membuat keputusan berkomitmenlah pada keputusan dan resiko yang melekat bersama keputusan tersebut. Karena komitmen tak hanya berarti perjanjian tapi juga bermakna tanggung jawab maka bersiaplah dengan segala proses yang membersamai keputusanmu. Yakinlah dengan proses yang kau jalani! Selama niatmu karena Allah maka percayalah akan janji dan pertolongan Allah yang pasti datang.
Tentang keputusan dan komitmen ini aku punya pengalaman tersendiri. Kala itu aku ‘dilamar’ untuk menjadi ketua BEM Fateta. Hari-hari itu pada tahun 2008 begitu berat bagiku. Saat itu ayah sudah berada di Aceh dan ekonomi keluargaku tak lagi stabil semenjak krisis ekonomi global yang membuat investasi ayah jatuh hingga hampir setengahnya. Saat diminta untuk maju menjadi ketua BEM aku begitu gundah. Yang aku sadari bahwa hari itu aku bukanlah seseorang yang direncanakan untuk menjadi Ketua BEM. Saat itu sudah malam saat aku terduduk sendiri di depan GWW dan memikirkan segala yang terjadi hari-hari itu. Begitu sedih dan berat rasanya. Terlebih aku tahu betul resiko dan tanggung jawab yang mesti aku emban dengan posisi tersebut. Akhirnya aku membuat keputusan: aku maju. Setelah melalui perjuangan yang tidak ringan tim kami menang. Aku diamanahi menjadi ketua BEM F.
Keputusan itu membawaku kepada perjalanan yang tak mudah selama setahun berikutnya tapi aku telah berkomitmen pada apa yang telah aku putuskan. Aku bersyukur akan komitmen itu karena hal itu yang memberi aku energi untuk mendatangi setiap kelas hanya untuk memberi informasi bahwa air mati karena alasan ini dan itu, menemui wakil dekan, dekan, bahkan rektor untuk menyampaikan keberatan mahasiswa akan naiknya SPP, juga menguatkan diriku saat ditolak dan dimarahi salah seorang dosen saat aku hendak membantu menyelesaikan masalah salah seorang mahasiswa yang begitu pelik. Menjelang masa jabatanku aku sungguh malu saat harus meminjam orang tuaku untuk membantu keuangan BEM yang sekarat. Mereka memberi pinjaman dan BEM kembali berjalan dengan berbagai program. Kami berhasil menolong mahasiswa-mahasiswa yang tak sanggup membayar SPP, mengayomi mereka yang dulu jauh dari BEM, memperbaiki mushola, menjalankan beragam program peningkatan softskill, dan beragam program lainnya. Sungguh pengalaman-pengalaman itu sungguh berharga. Saat aku berada diakhir masa jabatanku aku sadar masih banyak kekurangan yang terjadi tapi secara pribadi aku puas dengan apa yang telah kami raih. Hanya kepada Allah saja aku bertawakal setelah apa yang telah kami usahakan.
Masih ingatkah teman-teman akan kisah Rasulullah saat ditawari menjadi raja, diberi kekayaan terbesar dan hendak dinikahkan dengan perempuan tercantik di antara suku Quraisy. Dengan mantap Nabi menjawab,”Meskipun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan ditangan kiriku, agar aku meninggalkan seruanku. Sungguh, sampai mati pun tidak akan kutinggalkan !โ Jujur saja aku merinding mendengar jawaban ini. Tapi itu bukan sekedar jawaban itulah keputusan Nabi pada tugas dakwah yang diembannya. Komitmennya pada dakwah akhirnya mampu mengubah jazirah Arab sebagai pusat peradaban dunia dengan Islam sebagai satu-satunya syariah.
Saya ingin membawa bahasan ini pada hal aspek yang lebih kontemporer. Saat masih di Amerika aku melihat fakta tingginya perceraian di sana. Jangankan di Amerika, di Indonesia pun banyak artis yang bercerai. Mengenai hal ini aku menduga bukanlah uang, kecantikan/ketampanan yang menjadi masalah. Mungkin lebih kepada komitmen dan niat mereka untuk menikah. Pekan lalu saat sowan ke asrama PPSDMS aku membaca tugas seorang anak asrama yang menyatakan bahwa setidaknya terdapat tiga pondasi dalam rumah tangga yaitu, cinta, respek, dan komitmen. We need more than love to bring the family to surive. We also need respect and commitment.
Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari cerita yang aku tulis malam ini. Jaga dirimu baik-baik ๐
๐
hei numpang senyum di sini bayar hehehehe :))