Shalat Tanpa Wudhu


Ini adalah cerita mengenai kunjunganku ke Bogor pekan lalu. Pada kesempatan itu saya menghadiri kegiatan #studipustaka di Asrama PPSDMS Bogor. Buku yang kami bedah hari itu adalah Outliers karya Malcolm Gladwell. Kami membahas mulai dari Roseto, kisah dibalik tanggal lahir pemain hoki di Kanada, tahun kelahiran Bill Joy, Steve Jobs, Bill Gates, Steve Balmer dan jagoan Silicon Valley lainnya. Kami juga membahas kisah Chris Langan yang memenangkan $250,0000 pada kuis 1 vs 100 dan kisah hidup Oppenheimer yang menjadi ketua Manhattan Project yang berujung pada hancurnya Hiroshima dan Nagasaki.

Salah satu bagian yang saya ceritakan panjang lebar adalah kaidah 10.000 jam. Poin yang saya sampaikan adalah bagaimana pemuda muslim bisa mengambil spirit dan mencontoh kerja keras apa yang dicontohkan dalam kisah-kisah dalam buku itu. Kemudian ada waktunya memang amal yang kita lakukan patut disiarkan agar bisa mendorong amal-amal lain dari orang-orang di sekitar kita. Sahabat-sahabat Rasul pun tidak jarang beramal secara dzahir. Sebut saja Abdurrahman bin Auf yang menginfakkan seluruh kontingen dagangnya yang lebih dari 700 unta, Utsman bin Affan yang membeli sumur orang Yahudi untuk minum kaum Muslimin saat kekeringan. Jangan sampai yang tersiar ke masyarakat selalu kabar-kabar buruk yang jauh dari tumbuhnya harapan.

Kami pun berdiskusi lebih lanjut hingga menjelang 22.30 dengan berbagai pertanyaan yang menanjak dan menukik. Namun, ada satu pertanyaan yang menurut saya cukup special. Peserta itu bertanya mengenai bagaimana seharusnya pemuda muslim bersikap terhadap teori-teori seperti 10.000 jam, 7 Habits, kisah2 dalam Myelin karya Rhenald Kasali dll. Saat berpikir sejenak untuk menjelaskan dengan cara terbaik. Poin saya adalah bahwa ilmu dan hikmah itu adalah milik kaum muslimin, dimanapun ilmu dan hikmah itu berada harus kita ambil. Yang menjadi soal selama ini boleh jadi kita sebagai pemuda muslim yang belum benar-benar bersungguh-sungguh untuk mengubah diri (astagfirullah, ampuni kami Ya Rabb). Padahal Allah tidak akan mengubah keadaan diri kita sebelum kita mengubah keadaan diri kita sendiri.

Lebih lanjut aku memberikan contoh lain mengenai kaidah 10.000 jam (mungkin saya kurang memberi contoh dari ilmuwan muslim sedari awal sesi pemaparan). Kira-kira beginilah yang saya sampaikan setelah sejenak mengingat-ngat.Sewaktu di Baghdad, Imam Syafi’i selalu bersama Imam Ahmad bin Hanbal. Demikian cintanya pada Imam Syafi’i, sehingga putra-putri Imam Ahmad merasa penasaran kepada bapaknya itu. Putri Imam Ahmad memintanya untuk mengundang Imam Syafii bermalam di rumah untuk mengetahui perilaku beliau dari dekat. Imam Ahmad bin Hanbal lalu menemui Imam Syafi’i dan menyampaikan undangan itu.
Ketika Imam Syafi’i telah berada di rumah Ahmad, putrinya lalu membawakan hidangan. Imam Syafi’i memakan banyak sekali makanan itu dengan sangat lahap. Ini membuat heran putri Imam Ahmad bin Hanbal.
Setelah makan malam, Imam Ahmad bin Hanbal mempersilakan Imam Syafi’i untuk beristirahat di kamar yang telah disediakan. Putri Imam Ahmad melihat Imam Syafi’i langsung merebahkan tubuhnya dan tidak bangun untuk melaksanakan shalat malam. Pada waktu subuh tiba beliau langsung berangkat ke masjid tanpa berwudhu terlebih dulu.
Sehabis shalat subuh, putri Imam Ahmad bin Hanbal langsung protes kepada ayahnya tentang perbuatan Imam Syafi’i, yang menurutnya kurang mencerminkan keilmuannya. Imam Ahmad yang menolak untuk menyalahkan Imam Syafi’i, langsung menanyakan hal itu kepada Imam Syafi’i.
Mengenai hidangan yang dimakannya dengan sangat lahap beliau berkata: “Ahmad, memang benar aku makan banyak, dan itu ada alasannya. Aku tahu hidangan itu halal dan aku tahu kau adalah orang yang pemurah. Maka aku makan sebanyak-banyaknya. Sebab makanan yang halal itu banyak berkahnya dan makanan dari orang yang pemurah adalah obat. Sedangkan malam ini adalah malam yang paling berkah bagiku.”
“Kenapa begitu, wahai guru?”
“Begitu aku meletakkan kepala di atas bantal seolah kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW digelar di hadapanku. Aku menelaah dan telah menyelesaikan 100 masalah yang bermanfaat bagi orang islam. Karena itu aku tak sempat shalat malam.”
Imam Ahmad bin Hanbal berkata pada putrinya: “inilah yang dilakukan guruku pada malam ini. Sungguh, berbaringnya beliau lebih utama dari semua yang aku kerjakan pada waktu tidak tidur.”
Imam Syafi’i melanjutkan: “Aku shalat subuh tanpa wudhu sebab aku masih suci. Aku tidak memejamkan mata sedikit pun .wudhuku masih terjaga sejak isya, sehingga aku bisa shalat subuh tanpa berwudhu lagi.”

Pertanyaan itu aku tutup dengan sebuah pertanyaan lagi,”Bagaimana gak 10.000 jam kalau Imam Syafii bisa gak tidur semalaman seperti itu untuk berpikir dan menyelesaikan permasalahan umat?”

Semoga kita bisa dengan konsisten memperbaiki diri kawan dan menjadi bukti akan majunya peradaban Indonesia kelak. Aamiin.

Menjawab pertanyaan itu

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s