*Tulisan ini diikutsertakan dalam LOMBA BLOG HALAL IS MY LIFE.
Sejak awal kehidupan kita telah dekat dan akrab dengan susu. Begitu kita terlahir ke dunia, ibulah yang pertama memberikan air susu sebagai makanan utama kita sehari-hari. Kemudian saat kita sudah semakin besar kita mulai mengonsumsi susu pertumbuhan untuk melengkapi zat gizi yang kita butuhkan. Walaupun susu begitu penting dan mengandung beraneka gizi, tingkat konsumsi susu di Indonesia masih tergolong rendah yaitu sebesar 11.84 liter per kapita per tahun[1]. Angka ini masih berada di bawah tingkat konsumsi susu negara ASEAN lainnya seperti, Vietnam (12.1 liter), Filipina (22.1 liter), Malaysia (22.1 liter), Thailand (33.7 liter). Tingkat konsumsi susu itu tidak sekedar menggambarkan berapa banyak susu yang dikonsumsi penduduk Indonesia tetapi angka itu juga dapat menggambarkan seberapa baik pembentukan otak dan kelangsungan pertumbuhan & perkembangan fisik anak-anak Indonesia di usia emasnya (golden age). Mengingat strategisnya peran susu terhadap tumbuh kembang anak dan keterbatasan akses masyarakat terhadap susu maka diperlukan inovasi untuk dapat menghadirkan nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan anak dan tentu saja terjamin kehalalannya.
Inovasi pertama yang perlu dilakukan adalah upaya untuk meningkatkan konsumsi susu di dalam negeri. Saat ini tingkat konsumsi Indonesia sudah meningkat 48% menjadi 11.84 liter per kapita dibandingkan tingkat konsumsi susu pada 2007 yang hanya sebesar 8 liter per kapita. Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya susu sudah semakin membaik. Oleh karena itu diperlukan peningkatan penyediaan susu di dalam negeri yang sampai saat ini masih lebih banyak ditunjang oleh susu impor. Pemerintah perlu meningkatkan volume susu dari peternak lokal agar porsi bisnis susu ini juga menguntungkan bangsa sendiri. Inovasi yang sebaiknya dilakukan pemerintah adalah memberikan modal atau kredit bagi peternak lokal, penyuluhan agar peternak dapat meningkatkan kualitas susu dan upaya mempertemukan peternak dengan industri pengolahan susu agar dapat menyerap produksi susu lokal.
Selain dari sisi ketersediaan, peningkatan konsumsi susu juga perlu ditunjang oleh perluasan pasar susu itu sendiri. Cara yang dapat dilakukan adalah edukasi terhadap masyarakat dengan tidak hanya mengandalkan iklan komersial di media seperti yang umumnya sekarang dilakukan tetapi juga melalui tokoh-tokoh yang didengar di masyarakat seperti bidan, ibu PKK, posyandu, puskesmas dan lain-lain. Pendekatan melalui tokoh-tokoh tersebut amatlah strategis karena mereka adalah key opinion leader di komunitasnya terutama di masyarakat desa masih amat kental dengan tradisi guyub.
Inovasi yang tidak kalah penting adalah inovasi nutrisi di dalam kandungan susu itu sendiri yang dapat mendukung pertumbuhan anak-anak. Susu tersebut harus mengandung zat gizi makro dan mikro. Zat gizi makro adalah zat-zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tubuh yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Walaupun anak-anak dapat memperoleh zat-zat gizi tersebut dari sumber makanan lain tetapi setidaknya ada dua zat yang perlu dikonsumsi anak melalui susu yaitu asam linoleat (LA) dan inulin. Asam linoleat adalah asam lemak esensial yang berfungsi sebagai pendukung pertumbuhan tubuh, menjaga fungsi kulit berjalan baik dan memelihara metabolisme tubuh[2]. Sedangkan inulin adalah senyawa karbohidrat yang dapat merangsang pertumbuhan bakteri baik di dalam usus sehingga mampu membantu mempertahankan fungsi saluran cerna. Selain itu, inulin dapat mendorong penyerapan kalsium dan produksi vitamin B [3].
Selain zat gizi makro sebagaimana dijelaskan di atas, susu pertumbuhan hendaknya harus mengandung zat gizi mikro yang terdiri dari vitamin dan mineral. Pada umumnya susu pertumbuhan yang ada saat ini sudah mengandung berbagai vitamin yang dibutuhkan seperti vitamin A, D, E, K, C dan B. Adapun mineral yang amat penting terkandung di dalam susu adalah zat besi dan kalsium. Zat besi berguna untuk menghindari anemia dan membantu pengikatan oksigen dalam darah sehingga membantu proses terbentuknya energi untuk mendukung aktivitas anak [4] sedangkan kalsium berperan dalam pertumbuhan dan kekuatan tulang. Zat gizi mikro lainnya yang amat penting terkandung dalam susu adalah kolin yang merupakan bahan dasar untuk membuat zat kimia pembentuk memori otak yang dikenal dengan acetylkolin. Selain itu, kolin juga berperan penting dalam pembentukan membran-membran sel di seluruh tubuh [5].
Walaupun telah memiliki nutrisi yang baik sebagaimana disebutkan di atas, terdapat sebagian anak yang tidak dapat mengonsumsi susu karena menderita lactose intolerant. Lactose intolerant adalah kondisi kekurangan enzim lactase pada suatu individu sehingga tidak dapat mencerna lactose yang umumnya terkandung di dalam susu sapi. Hal ini biasanya ditandai dengan perut kembung, mual dan muntah-muntah. Untuk itu perlu dilakukan inovasi berupa penganekaragaman sumber protein salah satunya dengan menggunakan kedelai. Susu kedelai tidak mengandung laktosa melainkani sukrosa dan sirup jagung yang mudah dicerna, jadi aman untuk diberikan kepada bayi.
Tidak cukup dengan memiliki susu dengan nutrisi yang baik, kehalalan susu berikut dengan nutrisi yang ditambahkan ke dalamnya juga harus terjamin. Isu halal ini menjadi amat penting dan relevan karena menurut survei BPS pada 2005 jumlah anak yang bergama Islam pada usia 0-9 tahun mencapai 87% [6]. Yang menjadi masalah saat ini adalah sumber susu dan ingredient lainnya masih kita dapatkan dari industri pangan di luar negeri yang belum tentu memperhatikan faktor kehalalan ini. Menurut catatan FAO [7] negara-negara penghasil susu terbesar di dunia yaitu India, USA, China, dan beberapa negara lainnya sebagaimana diagram di bawah ini. Indonesia umumnya mengimpor susu dari Australia, Perancis, dan Selandia Baru [8].
Whey yang merupakan produk samping pembuatan keju umum digunakan sebagai ingredient produk susu olahan. Whey digunakan sebagai ingredient karena memiliki kandungan laktosa dan protein yang tinggi. Dalam proses pembuatan keju, enzim rennet digunakan untuk menggumpalkan susu. Bagian padat yang dihasilkan disebut keju sedangkan bagian cair disebut whey. Enzim rennet yang digunakan tersebut berasal dari lambung anak sapi. Titik kritis kehalalan whey ini terletak pada cara penyembelihan sapi tersebut. Jika sapi tersebut tidak disembelih menurut syariah Islam maka whey tersebut menjadi haram.
Selain whey, berbagai jenis vitamin, mineral, flavor yang ditambahkan pada susu juga perlu diperhatikan kehalalannya. Titik kritis pertama pada berbagai ingredient tersebut adalah sumbernya. Jika bersumber dari hewan maka perlu dipastikan harus berasal dari hewan yang tidak dilarang syariah [9]. Kemudian setelah dipastikan berasal dari hewan yang dibolehkan syariah, cara penyembelihan hewan tersebut menjadi titik kritis berikutnya. Mengingat luasnya cakupan bahan yang digunakan dalam industri susu maka upaya sertifikasi halal pada industri penyuplai susu dan ingredient-nya pada negara-negara tersebut penting dilakukan untuk menjamin hak-hak konsumen.
Pada akhirnya untuk mendukung pertumbuhan anak Indonesia dibutuhkan inovasi pada susu dan susu inovasi. Inovasi pada susu meliputi peningkatan produksi susu lokal dan edukasi masyarakat melalui key opinion leader untuk memperluas paparan susu. Selain itu, dibutuhkan susu inovasi yang mengandung zat-zat gizi esensial sehingga dapat menunjang kesehatan dan pertumbuhan anak. Upaya sertifikasi halal mutlak diperlukan terhadap penyuplai industri susu dalam negeri.
Referensi:
[1] http://www.antaranews.com/berita/316707/konsumsi-minum-susu-anak-indonesia-meningkat
[2] http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/pubde_ntrtnhlth_aspekgiziale.php
[3] http://industri09nanda.blog.mercubuana.ac.id/2011/01/08/tumbuhan-indonesia-sebagai-sumber-inulin/
[4] http://siswa.univpancasila.ac.id/rully/2011/01/12/apa-kegunaan-zat-besi/
[5] http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2010/07/04/2815/9/Mengenal-Manfaat-Kolin
[6] Survei Antar Sensus Badan Pusat Statistik/BPS, 2005
[7] http://www.fao.org/fileadmin/templates/ess/ess_test_folder/Publications/yearbook_2010/b12.xls
[8] http://feryanto.wk.staff.ipb.ac.id/2010/05/20/susu-komoditi-potensial-yang-terabaikan/
[9] http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil_page/8/727/30/
“Upaya sertifikasi halal mutlak diperlukan terhadap penyuplai industri susu dalam negeri”.
I like this kind of closing imperative sentence!!!
great article….
thank you Adam, Semoga upaya sertifikasi halal dilakukan secara kontinu dan terus meluas ke semua produk khususnya susu
Sangat menarik. Sudah saatnya kita meningkatkan kualitas SDM dengan sumber yang halal dan baik. Susu sehat yg halal dan inovatif adalah jawaban yang tepat. Sukses!
setuju Wat, susu yang halal dan inovatif jadi solusi yang tepat 🙂
artikel yang bagus untuk memacu produsen susu terutama dalam negeri untuk terus berinovasi dalam penyediaan gizi dalam susu yang selain bermanfaat juga harus mementingkan sisi kehalalan bahan. semoga dengan susu yang halal dan thoyib menjadi salah satu faktor pembentuk generasi bangsa yang berkualitas dan berkah.
setuju riz, peningkatan SDM Indonesia dalam hal sertifikasi halal juga perlu dilakukan. Auditor halal yang menjadi ujung tombak sertifikasi halal di Indonesia.