Seperti apakah dunia pasca meninggalnya Hugo Chavez? Kira-kira begitulah nada semua harian belakangan ini baik cetak dan elektronik. Wajar saja pertanyaan itu muncul karena Chavez adalah tokoh yang amat vokal berada di seberang Amerika. Dia tidak hanya vokal tetapi juga berpengaruh dan dicintai rakyatnya. Berpengaruh karena sebagai catatan kita hari ini, Venezuela adalah negara dengan cadangan minyak mintah terbesar di dunia, bukan Arab Saudi! Dicintai rakyatnya jelas nyata dari jutaan rakyatnya yang bersedih dan memadati prosesi pemakamannya. Yah, memang terlalu subjektif jika kita bilang dicintai seluruh rakyat Venezuela karena ada sebagian dari mereka yang tak bersedih dengan kematian Chavez. Mereka itulah yang selama ini dilucuti akses ekonominya oleh Chavez karena bisnis mereka tak menetes kepada mereka yang seharusnya menikmati kue pembangunan. Sebagai catatan saat Chavez memimpin Venezuela pada 1999 kemiskinan di negeri itu mencapai 49 persen sedangkan pada akhir 2012 lalu turun hingga menjadi 29 persen saja. Tak hanya Venezuela yang bersedih dan khawatir, Kuba, Jamaika, dan negara-negara Amerika Latin lainnya yang selama ini mendapar dukungan Chavez juga ikut ketar-ketir dengan arah angin politik di Amerika Selatan
Musuhnya musuhku adalah temanku mungkin cukup menggambarkan hubungan Chavez dengan Ahmadinejad. Ya, mereka memiliki musuh yang sama : Amerika Serikat. Kebijakan pengembangan nuklir Iran yang selama ini selalu menjadi penyebab panasnya hubungan AS-Iran. Tak hanya itu, Iran juga dikenal sebagai amat tegas terhadap Israel, sekutu AS. Bahkan Ahmadinejad pernah berujar, “Israel harus dihapus dari peta dunia! Di luar retorikanya yang tegas, Ahmadinejad memang sosok yang sama dicintainya oleh rakyat Iran, seperti halnya Chavez di Venezuela. Ia begitu sederhana tetapi memiliki keberpihakan yang jelas kepada rakyat. Kebijakan pembangunannya menjauhkan diri dari ketergantungan AS begitu konsisten dan mulai menuai hasilnya. Lihat saja baru saja Iran mengklaim telah mampu mengorbitkan seekor kera di atas bumi. However, on top of everything Iran akan segera mengahadapi pemilu presiden pada Juni mendatang dan Ahmadinejad tak bisa dipilih kembali karena sudah memimpin dalam dua periode terakhir. Pertanyaannya kemudian bertambah seperti apakah dunia pasca Ahmadinejad?
Berbeda dengan kedua tokoh di atas SBY bukanlah sosok yang anti AS sehingga tidak mendapat sorotan sebesar kedua tokoh itu. Walaupun demikian SBY memimpin sebuah negara yang bernama Indonesia yang saat ini menjadi negara peringkat 16 GDP terbesar di dunia mengalahkan Venezuela dan Iran. Indonesia pun kita tergabung dalam G20 yang terkenal sebagai kelompok 20 negara yang mewakili 90% GDB dunia. Indonesia pun diprediksi akan masuk ke dalam peringkat 10 besar dalam 15 tahun mendatang. Dengan kata lain SBY sebagai pemimpin Indonesia memiliki peran yang tak kalah strategis. Seperti halnya Iran, Indonesia juga akan segera mengalami pergantian kepemimpinan dan SBY tak lagi dapat dipilih. Pertanyaannya kemudian adalah seperti apakah dunia pasca SBY? Ini adalah sebuah pertanyaan terbuka. Kita dapat menjawabnya dengan apapun. Hanya saja SBY sudah memberikan kisi-kisinya kepada kita dengan berbagai aktivitasnya yang saat ini lebih banyak terfokus pada partainya. Tak heran inflasi bulan Februari lalu mencapai 0.75%, nilainya cukup tinggi selama 10 tahun terakhir. Namun, sekali lagi ini adalah pertanyaan terbuka. Kita bebas menjawabnya!
kirim ke media cetak juga gan. atau masukin k kompasiana. siapa tau bakal banyak yg jawab. 🙂
Bener tuh kata bung febby. artikel menarik tuh pak
dimata dunia, SBY sepertinya terkenal..
mampir baca baca om