Islam yang Dzahir

image

Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata : Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata

“Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,”lelaki itu berkata, ”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya

Potongan hadist di atas mengajarkan kepada kita semua mengenai makna dari Islam yaitu bersaksi tiada Rabb selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, menunaikan shalat, puasa, zakat dan ibadah haji jika mampu. Kemampuan memenuhi kelima hal tersebut menjadikan kita sebagai seorang Muslim. Sebaliknya kegagalan kita memenuhinya membuat siapapun dapat bertanya apakah kita seorang muslim.

Jika kita telaah hadist tersebut lebih jauh ternyata kelima ibadah yang Rasul sebutkan di dalam hadist itu adalah ibadah wajib yg pelaksanaannya harus dilakukan secara terbuka; terang-terangan; publik alias dzahir. Saya ingin mengawali pembahasan ini dari poin dua yaitu shalat. Rasul menyariatkan shalat sebagai ibadah yg wajib dilakukan secara berjamaah di masjid khususnya bagi laki-laki. Bagi penduduk yg tinggal di rumah yg kedapatan tidak menunaikan shalat subuh berjamaah diancam akan dibakar rumahnya. Bahkan seorang buta saja tetap diwajibkan berjamaah di masjid selama masih mendengar adzan. Saking wajibnya shalat tetap dilakukan saat perang dgn ketentuan tertentu. Beberapa shalat juga wajib dilakukan secara berjamaah dan bersifat publik massal seperti shalat jumat, ied fitri, ied adha, shalat gerhana, istishqa dll. Hal ini menunjukkan bahwa ibadah ini memang bersifat publik.

Seperti halnya shalat puasa wajib yang dilaksanakan di Bulan Ramadhan juga dilakukan secara terbuka. Terang benderang selama 30 hari. Penentuan awal waktunya pun ditentukan oleh pemerintah sehingga memberi kepastian kepada publik.

Zakat juga merupakan ibadah wajib yang bersifat terbuka. Banyak kaum muslimin yg cenderung menunaikan zakat secara sembunyi-sembunyi dan langsung kepada mustahik. Padahal Rasul mencontohkan bahwa zakat harus ditunaikan secara terbuka melalui amil. Adapun keterangan yg menyebutkan bahwa jika tangan kanan memberi tidak boleh diketahui oleh tangan kiri hanya relevan untuk infak dan sedekah, bukan zakat. Hal nyata tercermin dalam surat At Taubah ayat 103 yg memaksa utk mengambil zakat dari muzaki yg dilakukan oleh amil. Pada kisah sahabat Tsalabah, Rasul juga secara nyata memerintahkan dua orang sahabat Rasul utk mengambil zakat peternakan Tsalabah. Tsalabah saat itu menolak berzakat dan Rasul mendoakan kecelakaan utk Tsalabah karena keingkarannya itu. Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa zakat juga merupakan ibadah yg sifatnya publik.

Kemudian ibadah yang paling terang benderang adalah haji. Waktunya khusus di bulan Dzulhijah, prosesi ibadahnya juga dilakukan secara terbuka, diatur dan diselenggarakan pemerintah secara teratur dan terkoordinasi dengan berbagai pihak yg terlibat.

Nah selain keempat ibadah tadi, syahadat yang sejatinya cukup hanya di dalam hati juga wajib disaksikan oleh orang lain saat seseorang berikrar masuk ke dalam Islam, bahkan ulama atau pemerintah dapat memberi sertifikat pengakuan keislaman seseorang. Terlebih lagi lafadz syahadat juga secara terang benderang di dalam shalat atau doa kita sehari-hari. Lebih daripada itu kealpaan kita utk menunjukkan pelaksanaan keempat ibadah lainnya secara terbuka dapat menimbulkan pertanyaan apakah kita seseorang yg berucap dua kalimat syahadat, apakah kita seorang muslim?

Berangkat dari hal tersebut sudah semestinya kita bersungguh-sungguh utk menunjukkan keislaman kita dgn melaksanakan kelima rukun Islam. Berbagai aksi teror, fitnah, diskriminasi, dan berbagai konspirasi terhadap Islam hendaknya tidak membuat kita malu utk berislam, sebaliknya kita harus menunjukkan kebanggan kita dalam berislam dengan melaksanakan Islam dzahir di atas.

Wallahu alam.

Munajat Malam

Janji itu telah mengguncang Arsy, 

Esok hanya cerita, sedih gembira tentang hanya kita berdua

Di dalam dingin dinding yang kita hela, kau ku dekap dalam tiap nafas

Biar mendung menggulung, kasih kita ke haluan tak terbendung

Kasih ku, di hadap – Nya kita mengadu, pada – Nya biar pagi malam kita yang berkata bukan kita yang bersuara

Tuhan kami menengadah tangan, Tuhan kami mohon ampunan, Tuhan beri kami kasih sayang

Undercover Boss: What I learnt from it

undercover boss

Recently, I often watched the Undercover Boss USA TV series on TV shows or via youtube. This show performs every single CEO for a full week to go undercover and find out what is really happening in their own company in daily basis. Through the mission the boss mostly found an eye opening experience even a new paradigm of thinking, belief, and value. At first, I watched the show just for fun and entertain myself, but then I found a really meaningful insight through this show. In this post I will share to you at least three things what I learnt from undercover boss which are happiness always comes when you share, good boss or bad boss always matters, listen first – understand second – do third – and then make people understand your point of view.

While doing the mission undercover the CEO has to play several role in whole week. Some of them act as a customer service, chef in the kitchen of restaurant, or a truck driver. Through this, the CEO started to understand the stories of their employees, what makes them happy or sad, what are important for them in life, what are their dreams, what thing makes them still there in their company and many more. Not one or two of the CEO who can not finish through the end of mission because they can’t stand to face the fact that there are so many thing they already missed and make the employees struggling in their job and live. They break out their undercover and tell their employee that he or she is the boss of the company. Some of them even crying when they speak the truth to their employee. However, if the mission is going well, at the end of the show the CEO will meet again with the employee who train them in the whole week and tell them everything. After that the CEO will give feedback and try to overcome the problem of the employee in their working place even personal life. Some of them gave more than $50.000 in cash, paid the mortgage of the employee’s house, started a fundraising activity to help the member of the family who are sick and urgently need help and so on. All the employee were happy to have it and some of them even don’t believe that the good things like that is happening in their life. At this point I see happiness even in the eye and smile of the boss. They get happiness through giving and enjoying it. One of the boss build a crisis fund for the employees and starts the foundation with 2 million dollars! They does not feel sad even spending million dollars out of their pockets. In fact, they are happy because of it. Maybe some of us think that that’s stupid even crazy to make decision like that. However the CEOs are proving to us that happiness can not only comes when we get something but it always come when we give something and makes other people happy.

In the show, I also see differences between good leader and bad leader. In one of the show, the CEO fired a managers of restaurant directly because the attitude of the manager to the employee. His attitude brings bad ambient to the whole team. The team member were sad and didn’t have any hope to thrive. But on the shows, there’s a manager of fast food restaurant that always trust his team, encourage the staff to grow, motivate them to give the best service to the customer. As the result, the CEO give him a brand new restaurant to lead and manage in his own name. This contrast brings me to a new belief that leaders no matter they’re good or bad are influencing the performance of the whole team. In some show the CEO found some problem in their facility that interfere the performance of their staff but it is a small thing because he can directly can have a phone call to buy a brand new facility or fix it right away. But to have a good staff is much worthy than those million facilities. Because of it, some other CEO take a step a head to maintain their best talent in their company by giving scholarship, coaching, transferring them to headquarter to have cross experience sharing and many more.

The last thing I learnt from this show is listen first – understand second – do third – and then make people understand your point of view. Many bosses have an eye opening experience because they can listen then understand first. They hold their ego and try to put themselves like an empty glass which ready to be fulfilled with a bunch of new knowledge and experience. After they understand the situation they do something to fix the problem and finally share their point of view about the problem. I think this approach works well and beneficial for every leader. Through this, the CEO not only see the staff as a statistical number or their performance as a graph of sales achievement. Through this they go beyond and realize that every single decision they make behind their desk literally affecting hundred even thousands of their employees and their families Now, I have a commitment to my self. I should go for my master, enhance my career and finally I should be a good leader. I should be a good leader who are taking care of all of my staff, give them opportunity to grow, respect their aspiration and do walk the talk. I believe that leaders are really affecting everybody lives, so that we should do something to make sure that the leaders in this whole world are a good man. How to do it? Yeah, You and I should be a good leader that what we dream of.

Surprise for Her Birthday

Tidak terasa sudah tiga kali kami lewati tanggal 25 Januari bersama-sama sejak pernikahan kami pada 2012 yang lalu. Pada hari itu puluhan tahun lalu istriku dilahirkan. Aku tak ketinggalan memberikan surprise untuknya setiap kali momen itu datang. Pada 25 Januari 2013 aku memberikannya hadiah jam tangan yang ku beli di Jogja. Dia seneng sih tapi gak seneng juga hehe. Gak usah dibahas kenapanya. Tapi yang jelas sejak saat itu aku punya cara lain untuk memberikannya hadiah saat ulang tahunnya tiba.

Pada tahun 2014 yang lalu saya memberikannya helm sebagai hadiah ulang tahun. Kenapa helm? Karena pada tahun 2014 kami pindah ke Bogor dari Jakarta dan kontrakan tempat kami tinggal hanya berjarak kurang lebih 1 km. Helm itu saya berikan agar ia lebih safety saat berkendara ke kantor. Di luar itu aku memberikan kejutan yang lain. Suatu hari selepas mengisi bedah buku di PPSDMS Regional 5 Bogor saya mendapat brownies coklat dan brownies itulah yang ku berikan kepadanya. Tapi tidak begitu saja. Ku buat petunjuk berantai yang ku tulis di sticky notes untuk mengarahkannya ke kulkas tempat aku menyimpan browniesnya. Petunjuk pertama aku tempel di cermin, isinya kira-kira begini,”di dasar cahaya” itu menunjuk ke petunjuk berikutnya yang berada di bawah lampu meja belajar. Petunjuk berikutnya terus berlanjut ke petunjuk lain hingga ia berkeliling rumah dan berakhir pada petunjuk tempat yang paling dingin, yaitu kulkas. Di sanalah ia menemukan hadiahnya, BROWNIES 🙂

Pada tahun 2015 ini saya memberikan hadiah dan kejutan yang berbeda. Sejak awal bulan aku sudah memberikannya sepatu Boots yang aku beli di Zalora. Kenapa Booots? Karena pada Februari ini ia audit di Jepang selama sepekan yang pada saat itu sedang dilanda musim dingin yang bersalju. Namun, seperti tahun sebelumnya saya memberikan kejutan lain. Sejak akhir Januari atau kira-kira sebulan sebelum ulang tahunnya aku sudah mengirim email ke teman-teman istri saya untuk membuat video singkat yang berisi doa untuk kami. Walau tidak semua teman-teman mengirimkan video tapi akhirnya saya bisa membuat kompilasi video tersebut sepanjang kurang lebih 3 menit. Kalau mau tahu kayak apa hasilnya mari kita simak bersama-sama. Met milad Rizka 🙂

2014 : a shifting year

Apa yang bisa kami sampaikan selain syukur kepada Allah SWT yang terus memberikan kami keberkahan, kemudahan, dan kemurahan rizkinya pada tahun 2014 ini. Jika dapat kami rangkum tahun 2014 ini adalah sebuah tahun peralihan, a shifting year. Ada beberapa peralihan dalam hidup kami yang terjadi pada tahun 2014 ini baik dalam keluarga dan karir kami. Pada awal tahun 2014 berbagai tawaran pun datang kepada kami berdua. Baik itu rencana bekerja maupun bersekolah di luar negeri. Setelah mempertimbangkan satu dan lain hal kami akhirnya memutuskan untuk tetap di Indonesia. Saya melanjutkan pekerjaan saya dan begitu pula dengan istri saya

Saya mengakhiri tahun 2013 dan mengawali tahun 2014 dengan karir baru dengan beralih dari dunia industri susu ke dunia zakat dengan menjadi Amil BAZNAS. Peralihan ini membuka jalur karir baru bagi saya. Saya amat bersyukur Allah menakdirkan saya bisa berkontribusi untuk dunia zakat di Indonesia. Seperti keinginan saya di awal ketika diwawancarai sebelum  bergabung dengan BAZNAS, saya ingin membuat zakat menjadi semakin dikenal dan digemari masyarakat. Salah satu caranya adalah membuat masyarakat semakin mudah untuk membayar zakat. Saat ini sudah ada aplikasi zakat loh di Android dan I Os yang bisa memudahkan kita melihat transaksi pembayaran zakat kita. Nah sebentar lagi di dalam aplikasi itu kita juga bisa langsung melakukan pembayaran zakat melakukan berbagai aplikasi layanan bank. Selain itu saya juga bekerja sama dengan operator telekomunikasi, restoran dan perusahaan ritel lainnya untuk memudahkan pelanggan mereka untuk berdonasi.

shanghai river

Pada bulan April 2014 kami melancong ke Shanghai Cina. Saat itu istri saya sedang dalam dinasnya untuk audit di sana, saya menyempatkan diri untuk ikut :). Detil perjalanan tersebut saya tulis di sini. Yang jelas perjalanan tersebut membuka satu lagi kotak di dalam pikiran saya bahwa kita harus lebih keras dalam bekerja dan belajar. Tak hanya itu kita juga harus lebih berlapang hati sehingga bisa bersinergi dengan siapapun sehingga dapat membangun Indonesia menjadi lebih maju daripada kondisinya saat ini.

Kami menjalani Ramadhan kami yang indah di kontrakan kami di Bogor dan mengakhiri Ramadhan kami dengan mudik ke Surabaya. Dengan persiapan yang baik kami akhirnya bisa meraih mudik yang bahagia dan hemat tentunya. Monggo di simak ceritanya.

Pada Juli kami memulai proses pembelian rumah yang saat ini kami tempati di Cilebut. Prosesnya memang tak mudah, tetapi Allah senantiasa memberikan jalan bagi kami sehingga akhirnya rumah tersebut dapat kami beli pada bulan September yang lalu. Rumah tersebut kami beli dengan membayar cash ke penjual dan meminjam dana dari BRI Syariah dengan tenor 6 tahun, prosesnya amat mudah dan transparan. Terima kasih kepada officer BRIS yang telah membantu kami di sepanjang prosesnya.

Pada Agustus Istri saya resmi cuti bekerja dari LPPOM MUI untuk melanjutkan kuliah S2 Teknologi Industri Pertanian, IPB. Ia saat ini sudah menjalani semeter pertama pada program studinya. Ia amat semangat belajar dan antusias dalam menjalankan berbagai tugas yang diberikan. Aku terus mendukungnya agar meraih yang terbaik dalam studinya. I love you, dear. Semoga studimu ini dapat menjadi penguat bagi dirimu bersama rekan-rekan yang lain dalam dakwah halal di Indonesia.

Di akhir Desember ini kami pun pindah dari kontrakan kami ke rumah kami yang baru di Cilebut. Proses peralihan ini juga tidak sederhana karena ada beberapa perbaikan yang mesti kami lakukan pada rumah ini. Namun, Alhamdulillah Allah senantiasa memberi kemudahan 🙂 Alhamdulillah.

Di akhir tahun ini tak ada yang dapat kami katakan selain syukur alhamdulillah atas semua yang telah engkau berikan Ya Rabb dan permohonan ampun atas segala dosa yang kami lakukan. Ya Rabb, Rabbi habli min ladunka thurriyyatan tayyibah. Innaka samiu addua

Nyiapin Mudik (Murah)

Hai Bloggers! Semoga selalu sehat dan terus aktif berkarya untuk umat.

Kali ini saya mau sharing mengenai pengalaman mudik murah saya dan istri pada lebaran 1435 H yang lalu. Bayangkan kami cuma bayar 100 ribu rupiah aja buat mudik kemarin, benar begitu? Let’s check it out

Kami punya kebiasaan untuk selalu mempersiapkan anggaran mudik secara bulanan setahun sebelum mudik berlangsung. Langkah pertama yang kami lakukan adalah menentukan tujuan mudik mana yang akan kami pilih, yaitu ke Jawa Timur (Surabaya & Pacitan) atau Jawa Tengah (Semarang). Kami mengatur tujuan mana yang akan kami singgahi, semuanya, salah satu dan jalur aman yang akan kami pilih. Tahap kedua kami akan menghitung budget yang dibutuhkan untuk memenuhi rencana tersebut. Secara umum komponen biaya yang mesti disiapkan yaitu: biaya transportasi yang meliputi transportasi utama (bus, kereta, atau pesawat) dan transportasi lokal (angkot, taksi, atau ojeg) ; biaya konsumsi yaitu biaya yang kita keluarkan untuk makan dan minum selama berada di perjalanan; biaya rekreasi yaitu biaya yang kita keluarkan untuk berwisata di lokasi mudik lebaran, misal jalan2 ke kebun binatang, museum, pantai, wahana bermain termasuk ongkos makannya juga lho. Komponen biaya berikutnya yang gak kalah besar adalah ANGPAU. Kebiasaan masayarakat timur yang satu ini gaj bisa dianggap remeh, kalau satu keponakan, adik atau saudara kita kasih 50 rb aja maka udah bisa terhitung tuh kalo punya headcount sebanyak 20 aja dst. Nah biasanya kami akan sampai pada angka 5-6 juta setiap tahun. Dengan demikian secara disiplin kami menyisihkan sebesar 500 ribu untuk memenuhi anggaran itu. Nah ini yang bisa bikin THR dari kantor masih selamet di akhir ramadhan :p

Nah pada lebaran 1435 H yang lalu kami merencanakan untuk ke Surabaya saja dengan durasi mudik selama 3 hari. Sejak jauh hari kami sudah siapkan dana dan bersiap untuk memesan tiket kereta api via online. Kami pilih kereta api karena nyaman, gak terlalu mahal dan cukup cepat nyampe ke Sby. Nah seperti yang kita tahu semua situasi pemesanan tiket 3 bulan sebelum lebaran kemari chaos banget. Banyak yang antri beli di depan laptop, BB, HP masing2 untuk beli tiket. Akibatnya banyak yang kebagian tiket. Termasuk saya. Sampai masa akhir saya belum dapat tiket ke Surabaya itupun tiket yang harganya 500rb an juga udah ludes.

Rejeki yang tidak diduga akhir datang. Istri saya dapat informasi dari temannya di kantor bahwa garuda miles yang kita punya bisa ditukarkan dengan tiket pesawat. Bagi yang belum tahu, jadi kalo kita sering naik pake Garuda kita bisa daftar GFF (Garuda Frequent Flyer) itu  dulu, sekarang namanya Garuda Miles. Nah setiap perjalanan yang kita lalui akan diberi point oleh Garuda yang nantinya point itu bisa ditukarkan dengan berbagai macam merchandise dan juga salah satunya tiket pesawat. Kebetulan istri saya cukup rajin pulang pergi Shanghai – Jakarta dan belum pernah menukarkan point Garuda Miles nya. Jadilah kami ke konter Garudan di Botani Square, Bogor. Kami tukarkan 16.000 an poin untuk tiket Jakarta – Surabaya untuk dua orang. Dapatlah kami tiket untuk dua orang JKT- SBY for FREE 😀

20140730_13392120140729_192325

Nah, walau sudah dapat tiket berangkat kami belum penya tiket pulang Surabaya – Jakarta. Di tengah hiruk pikuk pemesanan tiket kereta api yang lalu saat semua orang fokus mencari tike mudik, alhamdulillah kami mendapat tiket balik dari SBY ke JKT. You know what, kami masih bisa dapat tiket ekonomi seharga 50 ribu aja per orang. Langsung kami booking trus bayar deh di Indomart. Jadilah kami hanya perlu biaya 100 rb untuk mudik kemarin. FYI, udah sejak beberapa tahun lalu kereta ekonomi itu pake AC lho, udah makin nyaman sekarang.

Itulah cerita mudik murah kami pada lebaran yang lalu. Lucunya sesampainya di Jatinegara kami naik taksi menuju Halim (rumah orang tua) dan ongkos taksinya 60 rb lebih mahal dari tiket SBY-JKL lol. Anyway,  di luar  biaya 100 rb tadi sebenarnya masih ada biaya lainnya seperti ongkos damri 40 rb per orang ke Bandara, trus biaya jalan2 di surabaya dst. Namun itulah mudik termurah yang pernah kami alami.

Salam Semangat !!!

Kita yang mencari Tuhan

shalat

Saat saga makin merah dan burung-burung pantai berseru

matahari kian malu, nelayan menghela sampan maju

raga yang redup beradu dengan waktu yang makin menderu

kita yang lemah tak lagi mampu

dan nyata hanya Dia yang Satu

 

Hilang segala angkuh, musnah, semua mengaduh

Bagaikan kuli dan buruh kita cuma hamba-hamba dari panjang waktu yang sepuh

 

Saat kita sadar bahwa pandang mata kita hanya sejengkal

Saat kita tahu kalau sia-sia kita terpingkal

Maka hanya takut kita pada Yang Kekal

 

Ketika jauh terasa kita melangkah

dan terhenti pada jalan yang terbelah

maka kepada yang mana jalan akan kita pilah

bukan bersandar pada akal yang lemah

tidak mengacu pada nafsu yang salah

tapi pada Salat dan Doa yang berkah

 

Di dalam bilik yang gelap

cahaya terang mungkin menakutkan

Di dalam bilik yang gelap

Kita yang mencari Tuhan

 

Tentang Lagu Raisha

Shanghai menerima saya di Pudong International Airport pada pukul 10.00 waktu setempat. Udara dingin musim semi langsung menyambut setiap tamunya begitu kami bergerak ke ruang terbuka. Aku melanjutkan perjalanan menuju Metro Subway Station, jaringan kereta yang menjadi tulang punggung aktivitas warga Shanghai. Peta Shanghai Metro sudah di tangan dan aku melangkah masuk dengan tujuan akhir Pearl Hotel tempat istriku menginap. Sebelum ke sana aku putuskan untuk jalan-jalan terlebuh dahulu, Shanghai Science and Technology yang menjadi pilihanku. Aku geret koper besarku masuk Metro dan melaju dengan pasti. Sesampainya di sana aku habiskan waktu hingga pukul 3 sore. Satu hal yang di luar prediksiku adalah tidak adanya tempat penitipan tas sehingga aku harus membawa koper besarku kemanapun aku pergi. Itu satu PR tersendiri.

Selesai dengan jalan-jalan di Shanghai Science & Technologi Museum aku langsung menuju Jiasan Road tempat Pearl Hotel berada. Sesampainya di sana, aku langsung check in dan berharap dapat segera beristirahat di dalam kamar. Namun, takdir berkataa lain, aku diharuskan membayar di muka tagihan hotel untuk empat hari ke depan. Dengan uang yuan yang terbatas aku putuskan untuk menunggu istriku pulang dan masuk ke hotel bersama. Istriku menyampaikan bahwa ia akan sampai d hotel pukul 21.00 waktu setempat atau kira-kira 5 jam lagi dari saat aku berusaha check in di hotel waktu itu. Aku putuskan untuk membeli coklat panas untuk menghangatkan tubuh. Setelah coklat tandas bosan pun menyergap. Aku langkahkan kaki keluar kembali ke metro station. Kuhabiskan setengah buku Change karya Rhenald Kasali hingga pukul 21.30

Metro line sudah hampir tutup. Scanner X ray di bagian depan entarnce gate sudah dikemasi dan ditutup. Saat kembali ke jalan raya menuju Pearl Hotel aku disambut dengan gerimis hujan dan udara yang semakin menusuk dinginnya. Hapeku sudah mati. Tidak ada jalan lain untuk berkomunikasi. Satu-satunya cara adalah menunggu. Menunggu kekasihku datang agar aku bisa beristirahat dengan layak malam itu. Sejuruh kemudian lagu Raisha masuk dalam pikiranku dan mulai menemaniku

Sekarang aku tersadar

Cinta yang ku tunggu tak kunjung datang

Apalah arti aku menunggu

Bila kamu …

Lewat pukul 23.00 kekasihku sampai di Pearl Hotel. Kami tidur nyenyak sekali malam itu.

Image

It’s a hello for 2014 — Shanghai Story

This slideshow requires JavaScript.

It’s been months since my last post on this blog, there are too many excuses to mention but that’s the fact. Yeah it’s a hello for 2014. This is my first post in 2014 and you know what it’s already at the end of April. In this post I want to share you my happiness instead of those excuses.

My wife and I just arrived from Shanghai two weeks ago. It was a worderful days and nights in Shanghai. We went to several amazing spot, portrayed wonderful sceneries, ate unforgetable lamien. My wife has been already there for a week before I flew from Jakarta, had transfered flight in Hongkong and arrived safely in Pudong International Airport. On 12th April, I steped my foot for the first time in China. The chilling wind blew my entusiasm up and the smile did not want to go over from my face. I directly went to the subway metro line. This aim of transportation is one of the backbone of Shanghai’s transportation. It has more than 15 lines and maybe more than a hundred stations. Sometimes it is under the surface, paralel with the road, or even go uplift on above the road.

My first spot was the Shanghai Science and Technology Museum. It is a huge building that contains a lot of attraction and shows related with science and technology. The thing made me amazed was the intention of the local goverment to make many “park”. Park that I mention here it’s not park literally but also a science park. In this museum we can see and learn more than 20 parks in shanghai. Each park has different focused of development. Some of them develop material technolohy, whereas other focused on automotive. There are also parks that develop bioscience, IT, telecomunication and so on. There are also several attraction in this museum, such as robot show, animal spot, artificial rainforest and many more.

The ambience was becoming freezing each second. At 22.30 I met my wife at the Pearl Hotel, where we lived while staying in Shanghai. I was hungry and thirsty to death at that time. A glass of chocolate that I bought at lobby was enough to fulfill my stomach. After had a glass of noodle and a slice of bread we went to bed.

On the following day, we directly go to the metro line after had our breakfast and a short talks with Mr Muslich, Mrs Yani, and Mr Mira on our breakfast table. We jump out of the metro at the People Square Station. We directly explore the traffic with a map in our hands. Incidently, after searched out more than 10 minutes we found our first destination. Shanghai Madame Tussauds. We queued in a line to buy the 150 RMB entrance ticket. I was surprised that the building that we expected as the whole museum was actually a shopping centre. The museum itself “just” only one floor but believe me it’s huge 🙂 Inside the museum we met Jackie Chan, Obama, Lady Gaga, Michael Jordan,The Beckhams, Einstein, Captain America and many more. No need to ask, it was millions of portrayed hehehe

Not far from the Madame Tusaaud lies The Shanghai Museum. This museum mostly contain the heritage of China such us statue, painting, printing, furniture, chinese currency, clothing, and pottery. For my lovely wife, it was a full boring museum but for me it was like “eureka!!!”. Once again, this country is very serious to maintain their heritage and make sure the knowlegde of their culture is being transfered well to their ancestor. This museum is seriouly made me envy and keep asking when my country has similar museum like this. It’s a question for us to answer.

Satisfied with the museum, we went to shopping centre under the People’s Park. We bougt some bags at the Mr Bob’s shop. At 5 sharp we met Jemila. She picked up us by taxi to a halal restaurant. After 15 minutes we arrived at a Moslem-Chinese restaurant, named Xinjiang. The name of the restaurant is the exactly the same with a province in Northwest China that has the biggest number of Moslem citizen in the whole country. We ate lamb, shrimp, soup, yoghurt, satay, nasi kebuli and many more. While we’re eating the restaurant showed us traditional dance from Xinjiang. We were full, tired but happy.

Shanghasi Madame Tussaud

Shanghai Museum

to be continued

 

Konsistensi

Di dalam dua buku yang berbeda saya menemukan rahasia mengenai konsistensi dan hasil yang bisa kita peroleh dengan memiliki karakter tersebut. Rahasia yang pertama disampaikan Malcolm Gladwell di dalam bukunya the Outliers. Malcolm Gladwell menyampaikan sebuah angka ajaib 10.000 jam. Menurutnya setiap manusia akan memiliki keahlian tertentu dengan tingkat penguasaan yang sangat baik setelah melewati masa 10.000 jam. Dalam periode tersebut mereka menjalani proses latihan, pembelajaran dari kesalahan, inovasi dan lain sebagainya sehingga mempunyai keahlian yang mumpuni. Jika kita dalam sehari saja seseorang berlatih selama 5 jam maka dibutuhkan kira-kira 2000 hari atau 6,5 tahun. Lebih lanjut dalam bukunya Gladwell menceritakan kisah Bill Gates yang berlatih pemrograman komputer sejak SMP hingga akhirnya dia keluar dari Harvard dan memulai Microsoft dari garasinya. Selain itu, ia juga bercerita berjam-jam yang dihabiskan Beatles di sebuah kafe di Hamburg sebelum akhirnya musik mereka berhasil menginvasi belantika musik Amerika.

Consistency

Hampir sama dengan yang dikatakan Gladwell, Stepen Covey di dalam bukunya 7 Habits menulis bahwa pada awalnya kita yang membentuk kebiasaan hingga akhirnya kebiasaan itu yang membentuk kita.  Lebih jauh lagi Covey mengatakan bahwa segalanya bermula dari apa yang kita pikir lalu berubah menjadi tindakan. Tindakan lalu berubah menjadi kebiasaan dan kebiasaan berubah menjadi karakter. Hingga akhirnya karakter ini mendorong kita menjadi takdir. Sebagai contoh seorang berpikir dan berkeinginan untuk menjadi orang yang sopan maka akan memulai bertindak sopan. Jika ia konsisten maka ia akan terbiasa menjadi orang yang sopan. Tanpa disadari ia akan memiliki karakter sopan dalam dirinya sehingga dikenal sebagai orang yang sopan. Karakter inilah yang akan menentukan takdirnya di masa depan. Sebaliknya orang yang berpikir menipu akan mulai menipu dan terbiasa menipu. Tanpa disadari ia akan memiliki karakter penipu dan masa depannya bisa jadi tidak jauh dari tindakan tipu menipu.

Walaupun tidak persis sama, kedua kaidah yang disampaikan Gladwell dan Covey memiliki cerita yang sama mengenai konsistensi. Sementara Gladwell lebih banyak bercerita bagaimana konsistensi dapat mengasah keahlian yang spektakuler, Covey menyampaikan bahwa konsistensi dapat membentuk karakter. Kedua proses tersebut berlangsung dalam waktu yang bersamaan sehingga menghasilkan individu yang berkeahlian mumpuni dan karakter yang mantap. Belajar dari hal ini sekarang pertanyaannya kembali kepada diri kita masing-masing. Kita ingin menjadi apa? Ingin dikenal sebagai sosok yang bagaimana? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Pembedanya terletak pada napas siapa yang lebih panjang untuk berlari dan konsistensi untuk terus berlatih dan berjuang. SALAM SUKSES!!!