Cahaya Bulan


perlahan sangat pelan hingga terang kan menjelang
cahaya kota kelam mesra menyambut sang petang
di sini ku berdiskusi dengan alam yg lirih
kenapa matahari terbit menghangatkan bumi

aku orang malam yg membicarakan terang
aku orang tenang yg menentang kemenangan oleh pedang

perlahan sangat pelan hingga terang kan menjelang
cahaya nyali besar mencuat runtuhkan bahaya
di sini ku berdiskusi dengan alam yg lirih
kenapa indah pelangi tak berujung sampai di bumi

aku orang malam yg membicarakan terang
aku orang tenang yg menentang kemenangan oleh pedang

reff: cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan
yg takkan pernah aku tau dimana jawaban itu
bagai letusan berapi bangunkan dari mimpi
sudah waktunya berdiri mencari jawaban kegelisahan hati

terangi dengan cinta di gelapku
ketakutan melumpukanku
terangi dengan cinta di sesatku
dimana jawaban itu

Source: http://liriklaguindonesia.net/e/erros-so7/erros-so7-feat-okta-cahaya-bulan/#ixzz1Xb2QoETX

Mengenal Rosihan Anwar melalui Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia (Jilid 4)

Setelah wafatnya Rosihan Anwar saya baru membuka mata dari keterpejaman mata tentang sosok yang luar biasa ini. Tanpa berlama-lama saya langsung meluncur ke Gramedia menyusuri jejak-jejak beliau dalam beberapa bukunya. Salah satu bukunya akhirnya saya beli, judulnya Buku: Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia (Jilid 4)

Seperti serial sejarah kecil 1-3, buku ini juga menceritakan kisah-kisah kecil yang ternyata mempunyai arti penting bagi bangsa ini. Tentang Soe Hoek Gie, seorang keturunan Tionghoa yang merupakan contoh tipe orang Indonesia sejati, tentang interogasi yang dialami Soedjatmoko sepulang dari tugas menjadi Dubes Indonesia di Amerika Serikat, peristiwa 17 Oktober 1952 yang berakibat pengunduran diri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai menteri pertahanan, lahirnya Sastra Angkatan 45 dan Majalah Siasat, kisah Brigjen (Pol) Johnny Anwar dalam perjuangan revolusi di kota Padang, kisah perjuangan Tan Malaka, sisi gelap perjuangan di Surabaya, serta kisah-kisah seru lainnya.

Penulis juga menceritakan riwayat keluarganya yang dipenuhi kisah menarik dan juga tragik. Marah Roesli, Rushan Roesli, Roestam Effendi, Bachtiar Effendi, Mohamad Joenoes. Ternyata, riwayat keluarga ini pun terkait dengan perjalanan bangsa ini.

Cahaya Bulan

Perlahan sangat pelan
hingga terang kan menjelang
cahaya kota kelam mesra menyambut sang petang
di sini ke berdiskusi dengan alam yg lirih
kenapa matahari terbit menghangatkan bumi

aku orang malam
yang membicarakan terang
aku orang tenang
yg menentang kemenangan oleh pedang

perlahan sangat pelan
hingga terang kan menjelang
cahaya nyali besar mencuat
runtuhkan bayang

di sini ku berdiskusi dengan alam yang lirih
kenapa indah pelangi tak berujung sampai di bumi

aku orang malam
yang membicarakan terang
aku orang tenang
yg menentang kemenangan oleh pedang

cahaya bulan menusukku
dengan ribuan pertanyaan
yang tak kan pernah kutahu
dimana jawaban itu
bagai letusan merapi
bangunkan ku dari mimpi
sudah waktunya berdiri
mencari jawaban kegelisahan hati

terangi dengan cinta di gelapku
ketakutan melumpuhkanku
terangi dengan dengan cinta di di sesalku
dimana jawaban itu

cahaya bulan menusukku
dengan ribuan pertanyaan
yang tak kan pernah kutahu
dimana jawaban itu
bagai letusan merapi
bangunkan ku dari mimpi
sudah waktunya berdiri
mencari jawaban kegelisahan hati

Puisi Cahaya Bulan

akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yg biasa
pada suatu ketika yg telah lama kita ketahui
apakah kau masih sambut dahulu memintaku minum susu
sambil membenarkan letak leher kemejaku
kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih
lembah mandalawangi
kau dan aku tegak berdiri melihat hutan yg menjadi suram
meresapi belaian angin yg menjadi dingin
apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika kudepak, kau dekaplah lebih mesra
lebih dekat
apakau kau masih akan berkata
kudengar dekap jantungmu
kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta
cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan
yg takkan pernah aku tahu dimana jawaban itu
bagai letusan berapi bangunkan dari mimpi
sudah waktunya berdiri mencari jawaban kegelisahan hati

 

Tegaklah ke langit atau awan mendung

ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah
ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza
tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangku

bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mendala wangi
ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danang
ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra

tapi aku ingin mati di sisimu sayangku
setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu

mari, sini sayangku
kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku
tegakklah ke langit atau awan mendung
kita tak pernah menanamkan apa-apa,
kita takkan pernah kehilangan apa-apa